Laman

Thursday, January 21, 2016

Berbicara Komitmen

Keseriusan untuk mencintai pasti membawa seseorang pada jenjang komitmen. Komitmen membawa pada loyalitas hingga totalitas. Terkadang kita merasa bahwa komitmen ini memberikan batasan-batasan tertentu demi kesetiaan. Kau tak bisa bebas seperti dulu, bebas tanpa batas untuk melanggar komitmen. Itulah konsekuensi berloyalitas, setia pada komitmen. Hingga kadang, pasti ada rasa jenuh dalam komitmen. Yang ini tentu saja sudah fitrah manusia. Suka merasa jenuh, melakukan hal yang sama, bertemu dengan orang yang sama. Bertemu dia yang setiap hari, setiap saat, pasti ada di samping, belakang, hadapanmu. Tapi, karena cinta, demi rasa tanggung jawab pada komitmen, itulah yang membuat kita tetap bertahan. Inilah konsekuensi bertotalitas. Masih ada banyak lagi konsekuensi untuk ini.

Itulah mengapa, terkadang Allah menguji kita dengan jarak dan waktu atas segala hubungan yang kita jalin. Allah mengerti sekali, bahwa kita mudah merasa jenuh atau terkadang seperti itu. Maka Allah akan mengenalkan kita pada setiap pertemuan yang amat berarti setelah jarak dan waktu menguji kita. Tapi yang namanya cinta, ia tak akan berubah. Hanya orang-orangnya lah yang berubah. Kau tahu? Saksi bisu yang membuktikan perkataan ini? Adalah kenangan di masa lalu. Kenangan-kenangan inilah yang terbentuk dari kisah cinta mereka terhadap siapapun dan saat kita merasa kehilanganlah, kita kadang baru mengerti betapa berharganya ia yang pergi.

Cinta karena Allah, lelaki sholeh pasti tak akan merasa lelah untuk mendirikan sholat 5 waktu setiap hari. Karena ia teringat dengan perjuangan Rasulullah untuk bernegosiasi dengan Allah atas waktu yang diberikan atau kenangan manis atas balasan orang-orang yang mendirikan sholat. Spesialnya lagi, ketika ia mencintai sesuatu karena Allah, tak hanya kenangan di masa lalu yang indah tapi harapan ke depannya nanti adalah keyakinan pasti baginya akan sesuatu yang baik. Karena mencintai Allah adalah mencintai sesuatu tanpa batas dengan segala kebaikan dariNya. Dan setiap kenangan yang tak pernah berubah inilah, yang bisa memperbaharui komitmen kita pada seseorang yang hidup bersama kita. Seperti syahadat yang kita ulang setiap hari untuk memperbaharui komitmen kita mencintai Allah. Atas segala keyakinan masa depan yang baik, bahkan. Itulah istimewanya cinta karena Allah.

Begitu pula ketika kita mencintai seseorang hingga membawanya pada komitmen. Sampai tua bersamanya. Aku ingin mengatakannya padamu dari sekarang. Bahwa, aku mengerti ketika engkau mungkin akan merasa jenuh atau bosan melihatku setiap hari bersamamu nantinya. Hanya saja, kamu harus bercerita padaku tentang segala rasamu. Agar aku bisa mengingatkanmu tentang segala kenangan manis yang kita lalui bersama dulu. Aku akan sangat mengerti bahwa terkadang kita bisa berubah kapan saja, tapi jangan lupa untuk saling mengingatkan sesuatu yang tak pernah berubah agar kita kembali dan semakin kuat untuk bersama.

Aku akan berlapang dada.

Aku pun akan seperti itu ketika aku merasa jenuh, bercerita padamu. Dan yang akan kukatakan padamu nantinya ketika raut wajahku ini tak lagi bisa kusembunyikan darimu adalah: Bersabarlah. Aku hanya perlu waktu untuk membuka kembali kenangan-kenangan manis bersamamu. Aku perlu waktu sebentar saja untuk kembali mengingat dan meresapi harapan-harapan yang kugantungkan pada Allah dan berdoa pada Pemilik Hati untuk menjaga hati kita. Aku akan mengatakannya ketika kamu merasa tak lagi kuperhatikan setiap detail darimu. Pada saat itu, bertanyalah padaku.

Dengan begini, kita pun mampu mencintai yang telah usang sekalipun. Jangan menyerah terhadap mereka yang berada di sekitarmu nantinya. Karena sesungguhnya mereka, termasuk aku pun tak akan menyerah terhadapmu.