Laman

Monday, December 12, 2016

Hey kamu, yang sedang berjuang menahan diri


Apa kabar dirimu? Jika bisa, rasanya ingin kutawarkan tempat duduk di sisiku khusus untukmu. Ingin kupandang wajahmu lekat-lekat lalu bertanya,

“Beratkah hari-harimu belakangan ini? Cukup menyenangkan kah pekerjaan yang sedang kau jalani? Atau kau masih berkutat dengan teori dan buku yang membuatmu terjaga sampai dini hari?”

Sunday, December 11, 2016

Ketika Merasa Tersudutkan



Aku terbangun dengan kemampuanku untuk terus berdiri, mencoba sedikit berjalan dan kemudian memulai ancang-ancang untuk segera berlari. Aku sekedar berdiri agar tampak lebih mampu menggapai dan menunjukkan jika aku tak selamanya duduk atau bahkan terbaring. Aku berjalan biar terlihat sedikit ada perubahan untuk segera bergegas. Dan aku berlari agar aku bisa menunjukkan jika aku mampu. Aku berusaha berdiri agar aku menjadi lebih baik, aku berjalan untuk mencari jalan dan arah yang benar, aku mencari tujuan layaknya aku seperti hidup dalam kerumunan dunia ini dan aku berlari untuk mengejar dia yang lebih dahulu. Berusaha dan terus berusaha seperti aku mampu berdiri, berjalan dan berlari. 

Saturday, December 10, 2016

Percaya.

Seiring dengan rintikan hujan yang tak kunjung hilang, detak jarum detik selalu setia memberi nada pada malam yang terlalu sepi. Saat itu, hatimu selalu merasa sakit dengan luapan ego yang tak terkendali, malam selalu membisu meski sujud telah menenangkan hujan pada dirimu.

Aku (mencoba) percaya bahwa akan ada keajaiban dalam menjajaki lorong waktu ini, akan ada cahaya-Nya yang senantiasa menemani langkah kecilmu, akan ada desiran angin yang membawa pergi semua hujanmu, hingga pelangi menerbitkan garis warna untukmu.

Percaya tidak seringan mengedipkan kedua matamu, tidak semudah menarik garis senyum pada wajahmu. Perkara percaya lebih berat dibanding aku harus berlari mengejarmu. Percaya bukan tentang aku menunggumu, percaya ialah tentang bagaimana aku meneguhkan, mengokohkan diri yang terlampau lemah kepada yang MahaKuat

Saturday, December 3, 2016

Terbatas atau dibatasi?

Langit itu luas, bumi juga luas apalagi pemikiran kita. Kita tidak bisa hidup tanpa batas, entah Terbatas atau Dibatasi yang pasti dalam hidup kita hanya pemikiran kita yang tanpa batas. Ya setiap manusia tau dan berhak memilih sesuatu tapi kenapa selalu saja ada yang membatasi?

Terlepas dari terciptanya kata “Batas” itu sendiri, manusia pasti menggunakan hatinya sebagai pembatas. Apakah itu fungsi hati? Saya tidak tahu. Hati kita itu ibarat Police Line yang membatasi suatu ruang, ketika kita ingin mengetahui lebih dalam ada apa di dalamnya kita hanya bisa terhenti di luarnya saja. Sama seperti hati kita, ketika Saya ingin megetahui ruang hati seseorang lebih dalam selalu ada saja yang membatasi. Entah itu hati saya atau hati orang lain.

Monday, November 28, 2016

Bertemu kembali duapuluhdelapan~

Hai…

Hari ini tanggal dua puluh delapan November dua ribu enam belas loh... Alhamdulillah sudah sejauh ini melewati hari bersamamu. Memang tidak mudah menjalaninya tapi aku yakin kita masih terus beradaptasi untuk bisa saling memahami isi kepala kita yang terkadang tak sejalan.

Friday, November 25, 2016

Bertemu

Ada kalanya kita benar-benar harus bertemu, bukan lewat pesan singkat yang pada akhirnya menimbulkan banyak kesalahpahaman. Kita tak pernah menginginkan itu bukan? bertemu mungkin jalan satu-satunya, meluruskan kembali segala prasangka, mengukir kembali senyum dan hati lega.

Namun bertemu bukan sepenuhnya tentang rencana kita saja, kan? Tuhan selalu menjadi penulis cerita terbaik, mempertemukan pada waktu yang tepat, pada saat kita sama-sama siap bertemu, sama-sama ikhlas mendengarkan penjelasan, dan pada akhirnya kita siap memutuskan. Kita sama-sama tahu, tapi Allah lebih tahu.

Sunday, July 31, 2016

Hatimu sedang digoreskan seseorang? 
Tenang, Allah sedang memberitahu bahwa lukamu adalah kasih sayang-Nya yang membuat hatimu semakin menguat.

Hatimu sedang dikecewakan seseorang? 
Tenang, Allah sedang mengajarkan bahwa sebaik-baiknya bergantung adalah pada ketetapan-Nya, engkau manusia pilihan untuk semakin mendekati-Nya.

Hatimu dibuat sedih seseorang? 
Tenang, Allah mengajakmu bersyukur bahwa hatimu masih berfungsi dengan baik dan bisa merasakan mana keikhlasan dan ketulusan yang sesungguhnya.

Hatimu sedang dipermainkan? 
Tenang, Allah memberitahu bahwa duka ada bersama suka, luka ada bersama cinta, mereka selalu bersama. Maka biarkan mereka ada dengan biasa aja, jangan berlebihan.

Allah tidak pernah salah menitipkan luka, Allah sangat mengerti bahwa senyummu lebih besar dari sakitmu. Keyakinanmu pada-Nya lebih kuat dari kecewamu pada manusia. Engkau tak sendiri, Allah bersamamu, Allah melihatmu, Allah mendengarmu.

Thursday, July 14, 2016

Rasa.

Jika apa yang aku rasa mudah ku ungkap aku hanya takut satu hal.
Untuk mengganti siang dan malam, menghentikan hujan dalam sekejap, menenggelamkan daratan saja bisa Allah lakukan dengan mudah. Apalagi hanya mengubah apa yang aku rasa..
------------
Semoga kamu tau kenapa aku lebih suka menenggelamkan apa yang aku rasa, kemudian aku layangkan setinggi-tingginya lewat doa. Hingga tak ada seorangpun tau apa yang aku rasa, selain sang pemberi rasa.

Menyulitkan memang harus menahan apa yang sangat ingin kita keluarkan. Sakit memang harus membungkam apa yang harus disampaikan.
Tapi mau gimana lagi, aku takut.
Dengan mudah mengungkapkan apa yang aku rasa, kemudian kamu dan mereka mengetahuinya. 
Sedangkan untuk mengantikan siang dan malam, mematikan dan menghidupkan seisi dunia, memisahkan dan mempertemukan siapa saja Allah sangat mudah melakukannya, apalagi sekedar mengubah rasa yang Dia titipkan.

Saturday, May 21, 2016

Selamat hari lahir..

Aku sengaja tak menuliskan apa pun dalam pesan singkat yang kukirimkan kepadamu selain kata ‘semoga sukses dunia akhirat’ agar kamu mengisi sendiri harapan dan impianmu. Aku tak ingin menjadi manusia sok tahu yang mampu memprediksi apa yang akan membuatmu bahagia dan apa yang membuatmu bersedih. Aku juga tak pernah benar-benar tahu, apa yang kamu inginkan dan apa yang paling kamu butuhkan untuk segera tercapai. 

Aku tak mengucapkan ‘semoga kamu tambah dewasa’. Sampai hari ini kita masih mempertanyakan, apakah kita termasuk orang-orang yang dipaksa menjadi dewasa atau memutuskan sendiri untuk belajar dewasa. 
 
Aku tak mengucapkan ‘semoga kamu panjang umur’. Karena tak semua manusia suka berumur panjang. Toh, hidup lama tak menjamin seseorang bahagia bahkan risiko ditinggalkan lebih besar. Tapi hidup singkat pun tak menjamin kamu bisa berarti untuk dirimu dan orang lain. 

Aku tak mengucapkan ‘semoga kamu selalu bahagia’. Sesuatu itu berharga ketika memiliki batas dan bahagia terus-menerus hanya akan menjadi sesuatu yang menjemukan. Bahkan kata ‘selamanya’ yang terkesan begitu lama pun memiliki batas. Ketidakbahagiaan bukan sesuatu yang kamu takutkan tetapi sesuatu yang justru kamu butuhkan. 

Aku tak mengucapkan ‘semoga semua impianmu tercapai’. Kamu tahu, ada hal-hal di dunia ini yang dibiarkan terus menggantung tanpa pernah kita capai agar kamu terus berusaha dan berdoa untuk mewujudkannya, lalu bersyukur karnanya. Karena hal-hal yang tak mampu kamu capai justru menjadikanmu manusia seutuhnya. 

Maka, kubiarkan kata ‘semoga' yang begitu singkat saja, agar kamu tentukan sendiri apa yang menurutmu baik. Dan apa yang menurut Allah baik, biarkan itu menjadi urusan Allah dan kamu tak perlu mencampurinya. Allah punya cara tersendiri dalam melihat sesuatu. Kamu tidak ditakdirkan untuk memikirkan apa yang menjadi urusan Allah.

Maka berjalanlah sesukamu dan berhentilah sesukamu. Tulis apa yang ingin kamu bagi ke orang lain. Simpan rapat-rapat rahasiamu. Pada saatnya nanti, kamu bisa menceritakan rahasia-rahasia terdalammu pada seseorang yang kamu beri kunci hatimu padanya.

Monday, May 2, 2016

CEMBURU

Apa reaksimu saat mendengar kata itu? Menyeramkan atau justru memberimu penegasan bahwa kamu benar-benar dalam mencinta seseorang?
Ya, meski kecil maupun besar, seberapa banyak kadar cemburu itu tetap saja namanya cemburu.
Mungkin kamu hanyalah manusia biasa yang mampu sembunyikan rasa sakit yang mendalam.
Mungkin kamu hanya manusia biasa yang tak mampu berdiri setegap pohon karna hatimu terlalu rapuh pada rasa yang sakit yang terus menggerogoti.
Tenanglah… tak usah bersedih hati,
Tetaplah sabar menjalani semua ini, jika memang jodoh Allah kan mempermudah jalanmu dan jalannya untuk dapat bersatu, jika memang bukan, ikhlaskanlah ia untuk pergi.
Dan…
Untukmu, yang telah diamanahi untuk menjadi pengdampingnya nanti,
Kala keseriusan telah tertanam pada hatimu, kuatkan keyakinanmu untuk menjaga hati hanya untuknya, dia yang sudah kamu pilih.
Sebesar apapun rasa yang kamu miliki pada yang lain, kamu pasti akan goyah terbawa arusnya.
Maka bertahanlah dengan ujian, lawan dan kalahkan semua penghalang yang sempat meluluhkan niatanmu menggelar karpet merah dalam jenjang pernikahan.
Jaga hatimu untuknya, niscaya ia akan menjaga hatinya untukmu. Karena jodoh ada cerminan dari diri kita, seseorang yang baik akan bersama dengan orang yang baik.
Setuju ? :)
Maka, jaga hatimu untuknya, niscaya ia akan menjaga hatinya untukmu.

Tuesday, April 12, 2016

Semogaku.

Aku ingin menjadi seorang yang kaya. Ini bukan tentang harta, tapi tentang waktu untuk ku luangkan dengan-Nya dan tentu saja denganmu. Aku ingin kamu bersedia menyisakan waktumu untuk dihabiskan denganku. Apakah ini sebuah bentuk keegoisan?

Aku ingin menjadi orang yang ikhlas. Dalam setiap perbuatan yang diniatkan untuk membantumu, entah yang dapat ku jalani dengan baik atau dengan tertatih. Percayakah kamu bahwa aku terus berlatih?

Aku ingin menjadi orang yang lembut, penuh kasih sayang. Bukan berteriak dan berkata seenaknya yang membuatku senang. Tapi godaan seringkali melemahkan.

Aku tak pernah berniat membuatmu sakit hati. Bagaimanalah perasaan melihat yang dicintai bersedih sepanjang hari?

Aku ingin terbiasa mengucapkan terimakasih, atas dedikasi yang tak pernah absen walau hanya sehari. Meski kadang tak sampai memenuhi ekspektasi, kamu telah berjuang setengah mati.

Pun dengan ucapan maaf. Atas segala dosa dan khilaf. Sedikitpun tak terbesit untuk menyakiti, ini hanyalah ujian kita yang suatu ketika akan berhenti karena mati.

Maaf.

Sunday, April 10, 2016

Ar-Rahman.

Sore ini berasa sedang terlibat percakapan dengan Allah. Ketika semua rasa lelah tercurah pada-Nya. Ketika semua sesak tersampaikan membasahi sajadah. Ketika isak berpeluh rindu memenuhi dada.
Ketika perlahan mulai lega dan belajar mengikhlaskan serta berniat menyimak kalam-Nya, Allah pun menjawab segala sesak. Surat yg pertama terbuka cukup berhasil mengingatkan untuk kembali mendekat.
Ar Rahman…
Maha Pengasih.
Maka nikmat Tuhanmu yang mana kah yang engkau dustakan ?
Ketika Dia mengingatkanmu untuk kembali pada-Nya, dengan cara-cara yang mengesankan ? Dengan skenario yang sungguh sangat romantis dari apapun ?
Maka, air mata yang membasahi sajadahmu tadi, jadikanlah ia air mata syukur. Jadikanlah ia awal kesabaran dan keikhlasan.
Bahwa Allah langsung menjawab segala resah, bahwa Dia memang sungguh tak suka ketika aku mengeluh.
Mohon ampun Ya Rabb, semoga Engkau memperkenankan hati ini selalu menuju padamu dengan sebaik-baik prasangka. Semoga Engkau memperkenankan diri ini selalu istiqomah mengarungi jalan kebaikan. Semoga Engkau senantiasa berkenan memilihku Ya Rabb, dan memasukkanku pada golongan orang-orang yang beruntung, orang-orang yang ikhlas, orang-orang yang senantiasa bersyukur, serta golongan orang-orang yang Kau janjikan surga.

Friday, April 8, 2016

Menarik sekali memikirkan rencana Allah tentang kita. Pernahkah satu waktu dalam hidupmu kamu bertanya-tanya. Mengapa kita harus bertemu. Mengapa kita tidak sengaja berpapasan. Hingga entah siapa yang pertama kali menyapa.

Bila pertemuan kita mengandung rahasia. Maka, rahasia seperti apakah kiranya yang Dia sembunyikan?

Karena darimu aku belajar banyak tentang kehidupan dengan agama. Kamu mematahkan keraguan-keraguanku. Setiap kali bertemu aku hanya diam saja mendengarkanmu. Lalu, aku mengiyakannya. 

Menarik sekali kiranya bila aku tahu. Apakah gerangan yang hendak Allah sampaikan. Apabila Dia mengirimmu hanya untuk membuatku jatuh cinta, aku rasa aku tidak memerlukan semua ini. Bila Allah hanya mengirimmu untuk duniaku, aku tidak membutuhkannya. Aku hanya bertanya-tanya, kiranya apa yang akan terjadi bila hingga hari ini kita tidak pernah bertemu. Bila kita tidak pernah berpapasan dan tidak pernah ada sapa. Dan kita tidak pernah saling mengenal.

Apakah kiranya Allah akan tetap mempertemukan kita? 

Thursday, March 31, 2016

Untukmu Esokku.

Kemarin aku masih menulis tentang kamu, tentang bagaimana kau dengan sabar mendengar aku bercerita hal yang mengganjal pikiranku, tentang bagaimana senyum itu terukir sempurna menentramkan.

Kemarin lusanya, aku juga masih menuliskan tentang kamu, yang selalu saja punya banyak cerita yang membuatku tertawa, tentang bagaimana kata-kata semangat darimu begitu membuatku bersemangat.

Oh ya, bahkan seminggu yang lalu aku masih menuliskan tentangmu, tentang bagaimana kamu membuatku menjadi sedih karenamu, tentang aku yang menjadi sesak karenamu.

Malam ini, pada lembar tulisanku, aku pun masih saja menuliskan tentangmu, tentang bagaimana tulisanku adalah tentangmu, entah bagaimana aku mampu menuliskannya, selalu saja begitu, Aku tak tau, apa besok tulisanku masih tentang kamu atau tidak, apakah masih saja mengukir jejak kamu, mencari apa saja yang mengingatkanmu pada kamu. Aku tak tau.

Untuk kamu yang padanya semua tulisanku, kamu mungkin ada dimana-mana pada kemarinku, tapi pada esokku aku sepenuhnya tak tau, lalu bila kamu adalah esokku, entahlah aku akan siap atau tidak, namun jadilah kamu yang selalu aku rindukan pada setiap kata yang aku tulis untukmu.

Untukmu, sampai bertemu pada esok kita.

Tuesday, March 29, 2016

Ya Rabb, syukur yang bagaimana yang harus dilakukan. Sementara Kau selalu memberi nikmat, hingga aku tak tahu lagi, harus berucap berapa kali.

Pada doa-doa yang belum sampai, mungkin ia masih mengantri. Tapi Kau katakan pasti. Entah hari ini, nanti, esok. Yang kutahu, Kau selalu tahu.

Apakah cerita hidup selalu mulus? Tidak. Kau memberinya batu dan duri di jalanku. Bukan karena Kau membenciku, tapi lain. Kau mengajarkan kakiku lebih kuat. Berjalan lebih jauh meski banyak kesulitan di atas jalannya. Kau ingin aku sesering mungkin menyebut namamu di setiap langkahku, langkah dalam gelapnya malam ketika aku terpaksa pulang sendiri. Dan nyatanya, aku aman bersama-Mu.

Jika cinta manusia itu penuh syarat, cinta-Mu tidak. Bagaimana bisa Kau selalu memenuhi apa yang kubutuhkan, tanpa aku minta? Maka, aku sebut cinta yang bagaimana itu?

Kau mencintaiku lebih daripada aku mencintai diriku sendiri.
Karena ketika aku rapuh dan jatuh, pada-Mu lah aku mampu berdiri (lagi). Karena ketika aku sendiri, bersama-Mu lah kutemukan ketenangan hati. Karena ketika aku tak berani bermimpi, tangan-Mu mengajakku untuk berlari, tanpa perlu banyak tapi. Karena ketika aku tak berani menyesali, lagi-lagiKau menilaiku hari ini.

Ya Rabb, syukur yang bagaimana lagi? Atas kisah yang begitu rumit. Atas kisah yang membuatku tak berhenti belajar. Atas kisah yang seringkali aku sangsikan, hingga banyak andai-andai. Atas segala yang telah terjadi, Kau-lah sebaik-baik perencana.

Maka ketika aku bertanya, “aku bisa apa ketika tinta-Mu telah mengering di kitab itu?” Kau jawab, “doa dan usaha”. Aku mengangguk saja dan percaya. Ketidakmungkinan apapun bisa menjadi mungkin, karena-Mu.

Selalu begitu. Kau dulu, Kau lagi, Kau terus. Ya Rabb, semoga aku bisa menjadi sebaik-baik manusia meski banyak kurang dalam setiap sudutnya.

Monday, March 28, 2016

Apa Kabar?

Kamu, apa kabar?
Bagaimana di tempatmu hari ini? Langitmu biru kan? Di sini tak menentu. Pagi hari cerah, kemudian mendadak kelabu. Entah mengapa semesta selalu tahu hatiku. Cuaca selalu mengajak bercanda seakan mengikuti naik turunnya perasaan ini. Tapi tak mengapa, aku menikmatinya. Semoga kau sehat di sana, cerah secerah matahari.

Kamu, apa kabar?
Masihkah harapan itu ada di sana? Di sini hampir habis. Aku tak tahu apa sebabnya. Mungkin karena aku sering mengeluh. Iya iya, maafkan aku. Tak lagi aku mengeluh. Benar mengeluh hanya makin memperparah keadaan.

Kamu, apa kabar?
Jaga kesehatan ya. Aku tak suka melihatmu sakit. Apalagi saat kita berjauhan seperti ini. Jangan ya. Sebab hatiku gampang hariwang, terlalu cepat waswas jika soal kamu. Jangan sakit, kamu harus jadi kuat. Calon pendampingku tak boleh sakit. Tapi tak mengapa, nanti jika kamu atau aku sakit, kita akan saling menguatkan. Bubur di pagi hari, teh panas, dan kompresan saat demam akan jadi lebih mengobati jika ditambahkan kasih sayang.

Kamu, apa kabar?
Aku hanya ingin bertanya kabarmu hari ini. Tak mengganggumu bukan? Nanti jika aku berisik, tegur aku. Maka sibukmu akan kubaweli dalam doa saja. Itu jauh lebih baik, bukan?

Kamu apa kabar?
Hm. Aku sayang kamu. Dalam sayangku kukirimkan berjuta-juta doa di Langit sana. Doaku akan berperang dengan doa-doa yang lain. Aku akan makin rajin mengirimmu doa. Jika kau tak mendoakanku, tak mengapa. Aku percaya doa baik akan kembali kepada yang mendoakan.

dua puluh delapan

Aku masih bangun seperti biasa. Menatap handphone beberapa lama, lalu melirik diam-diam ke arah jam. Menatap langit-langit kamar yang sama. Letak lemari, meja, dan rak buku juga masih sama. Tak ada yang berbeda di sini. Aku masih bernapas, jantungku masih berdetak, dan denyut nadiku masih bekerja dengan normal. Memang, semua terlihat mengalir dan bergerak seperti biasa, tapi apakah yang terlihat oleh mata benar-benar sama dengan yang dirasakan oleh hati?

Sudah tanggal 28.  Selamat tanggal dua puluh delapan! Entah sejak kapan aku mulai suka pada angka dua puluh delapan. Aku mencintai angka dua puluh delapan dan dan tak tahu alasan pastinya. Sama seperti aku yang mencintai kamu, tanpa bisa menjelaskan sejak kapan, kenapa dan bagaimana. Tanpa alasan.
Aku semakin mencintai angka dua puluh delapan sejak pertemuan kita yang tak disengaja saat itu. Tepat tanggal dua puluh delapan, bulan ke delapan dua tahun lalu. Kita berdua seperti 2 (dua) kepala yang disatukan menjadi angka 8 (delapan), bergandengan, erat, berdekatan. Jika ikatan itu dilepas atau dipisah hanya terbentuk dua angka 0 (nol) kosong. Sudah seringkali kita mencoba untuk saling melepaskan diri, namun nyatanya semesta mampu mempertemukan kita lagi.

Seberapa pentingkah tanggal dua puluh delapan? Ya... memang tidak penting bagi siapapun yang tak mengalami hal berbeda di tanggal dua puluh delapan. Kita masuk ke bulan Maret. Bulan yang baru. Harapan baru. Mimpi yang baru. Cita-cita baru. Juga kadang, tak ada yang baru. Aku hanya ingin kamu tahu, tak semua yang baru menjamin kebahagiaan. Dan, tak semua yang disebut masa lalu akan menghasilkan air mata. Aku begitu yakin pada hal itu, sampai pada akhirnya aku tahu rasanya pertengkaran. Aku tahu rasanya melepaskan diri dari segala hal yang sebenarnya tak pernah ingin kutinggalkan.

Kamu diam begitu saja tanpa kabar apapun, tanpa janji akan segera kembali. Kita diam seperti ini, tanpa alasan yang jelas, tanpa diskusi dan interupsi. Iya, diam, begitu saja. sampai aku tak benar-benar mengerti, apakah kita memang akan terus seperti ini? Atau dulu, sebenarnya kita tak punya keterikatan apa-apa. Hanya saja aku dan kamu senang mendengungkan rasa yang sama.

Ah sudahlah. Jujur saja. Aku rindu tentangmu. Aku rindu kala terakhir aku ada dalam pelukmu, meskipun itu baru  minggu yang lalu. Aku rindu kita dapat dengan lepas menertawai masa lalu, walaupun itu begitu menyakitkan dulunya. Dan lama-kelamaan, aku punya kemampuan untuk merindukan kata “aku sayang kamu”, bahkan dalam jeda waktu satu detik setelah kamu mengatakannya.  

Di sisi lainnya, aku begitu takut. Aku takut kehilanganmu. Aku takut kamu tiba-tiba menghilang dan tak kembali padaku. Aku takut ada hal lain yang memaksa kita untuk berpisah. Aku takut kamu berubah. Aku takut semua kenangan yang telah kita bangun selama ini hanyalah mimpi sementara yang pada akhirnya harus ditutup dan hanya jadi pajangan rak buku, dibiarkan berdebu tak tersentuh. Tidak ada kepastian untuk semua hal yang aku ucapkan barusan. Kita hanya manusia. Lidah kita tak bertulang, berarti ia dapat berucap, ia juga dapat merubah ucapannya. Jari dapat mengetik dan menulis, namun ia juga dapat menghapusnya. Hati dapat memilih pasangannya, tapi ia juga yang punya kendali untuk memilih pergi.

Oleh karena itu, tetaplah seperti ini. Tetaplah jadi yang terbaik bagiku. Tetaplah jadi kita yang selalu peduli akan satu sama lain. Tetaplah menginginkanku, seperti pertama kali kamu menginginkanku. Aku tidak akan menyerah, dan aku harap kamu tidak keberatan untuk melakukan hal yang sama.

Terakhir. Sama seperti kata yang sering kamu ucap bahwa aku bukan siapa-siapa. Hanya bisa berharap.

Selamat tanggal dua puluh delapan.

Tuesday, March 15, 2016

Dulu. Saat ini. Nanti

Malam ini, banyak hal yang berputar dikepala. Tentang kejadian beberapa tahun silam, tentang beberapa keputusan yang pernah disesali, tentang banyak hal yang terlalui.

Ternyata Allah sebegitu baiknya, mengatur segala hal dengan rincinya. Dan aku? Hanya salah satu hamba yang selalu penuh dengan pintaan. Sampai pada tahap ini, strata satu yang akhirnya beberapa bulan lagi terselesaikan dalam kurun waktu empat tahun, adalah hal paling melegakan sejauh ini.

Walaupun pada tahun awal sempat merasa setengah hati. tapi pada akhirnya semua terbayar. Bertemu dengan orang-orang luar biasa yang mau mengorbankan waktu dan kesabarannya untuk berteman denganku. Bersama dengan orang-orang hebat yang selalu memberikan dukungan kapanpun. Dan dilingkari orang-orang yang penuh kasih sayang, yang selalu ada ketika dibutuhkan. Ternyata ini alasannya, mengapa aku tidak di ijinkan meninggalkan kota ini yang selalu menjadi rumahku, yang akan memenuhi mimpiku. Dan yang mempertemukan aku dan dia.

Hal lain yang aku syukuri sampai sejauh ini adalah, bahwa hatiku ternyata tidak sebegitu mati rasa. sekarang aku bisa tersenyum ketika teringat. Senyuman yang aku dapatkan ketika berbincang dengan dia. Dia, yang sekarang ada disetiap hariku. Karena dia, yang telah mampu mengisi hati dan telah berani mengacak keputusanku untuk menunda menerima siapapun sampai waktu yang belum aku tentukan. Dia, yang……ah, aku selalu sulit menjelaskannya. Tetapi aku tau, dia adalah yang aku ingini.

Banyak hal berubah. Dulu. Saat ini. Nanti. Satu yang aku harap masih tetap bertahan. Kami. Aku dan dia. Dan segala mimpi yang telah melingkupi. Aku hanya sederhana, untuk selalu ada, kapanpun dia ber-asa, ada aku yang bantu mewujudkannya.

Bandung, 15 Maret 2016 23:28

Friday, January 22, 2016

Entah, jauh di sana, apa yang sedang kamu lakukan? Tentunya doaku tak pernah putus, insyaAllah, untukmu yang selalu menjaga dan mendoakanku hingga kelak Allah pertemukan kita.

Allah tahu apa yang terbaik untukku dan untukmu. Menjalani hidup dengan sebaik-baiknya adalah kewajiban masing-masing orang. Sikap kita sekarang akan berpengaruh terhadap masa depan kita kelak. Bila seseorang menjaga sikap, pikiran dan perbuatannya dengan baik, insyaAllah nanti akan berbuah manis.

Beberapa jam lalu saya sempat diingatkan oleh sebuah pesan di media sosial bahwa “pertemanan adalah gerbang tumbuhnya cinta”, maka saya tersentak seketika, Allah sangat tahu bagaimana mengingatkan saya. Ya Rabb, saya terharu dengan caramu ini. Bismillah, hanya karena Engkau-lah hamba menjaga diri dan perasaan ini.

Thursday, January 21, 2016

Berbicara Komitmen

Keseriusan untuk mencintai pasti membawa seseorang pada jenjang komitmen. Komitmen membawa pada loyalitas hingga totalitas. Terkadang kita merasa bahwa komitmen ini memberikan batasan-batasan tertentu demi kesetiaan. Kau tak bisa bebas seperti dulu, bebas tanpa batas untuk melanggar komitmen. Itulah konsekuensi berloyalitas, setia pada komitmen. Hingga kadang, pasti ada rasa jenuh dalam komitmen. Yang ini tentu saja sudah fitrah manusia. Suka merasa jenuh, melakukan hal yang sama, bertemu dengan orang yang sama. Bertemu dia yang setiap hari, setiap saat, pasti ada di samping, belakang, hadapanmu. Tapi, karena cinta, demi rasa tanggung jawab pada komitmen, itulah yang membuat kita tetap bertahan. Inilah konsekuensi bertotalitas. Masih ada banyak lagi konsekuensi untuk ini.

Itulah mengapa, terkadang Allah menguji kita dengan jarak dan waktu atas segala hubungan yang kita jalin. Allah mengerti sekali, bahwa kita mudah merasa jenuh atau terkadang seperti itu. Maka Allah akan mengenalkan kita pada setiap pertemuan yang amat berarti setelah jarak dan waktu menguji kita. Tapi yang namanya cinta, ia tak akan berubah. Hanya orang-orangnya lah yang berubah. Kau tahu? Saksi bisu yang membuktikan perkataan ini? Adalah kenangan di masa lalu. Kenangan-kenangan inilah yang terbentuk dari kisah cinta mereka terhadap siapapun dan saat kita merasa kehilanganlah, kita kadang baru mengerti betapa berharganya ia yang pergi.

Cinta karena Allah, lelaki sholeh pasti tak akan merasa lelah untuk mendirikan sholat 5 waktu setiap hari. Karena ia teringat dengan perjuangan Rasulullah untuk bernegosiasi dengan Allah atas waktu yang diberikan atau kenangan manis atas balasan orang-orang yang mendirikan sholat. Spesialnya lagi, ketika ia mencintai sesuatu karena Allah, tak hanya kenangan di masa lalu yang indah tapi harapan ke depannya nanti adalah keyakinan pasti baginya akan sesuatu yang baik. Karena mencintai Allah adalah mencintai sesuatu tanpa batas dengan segala kebaikan dariNya. Dan setiap kenangan yang tak pernah berubah inilah, yang bisa memperbaharui komitmen kita pada seseorang yang hidup bersama kita. Seperti syahadat yang kita ulang setiap hari untuk memperbaharui komitmen kita mencintai Allah. Atas segala keyakinan masa depan yang baik, bahkan. Itulah istimewanya cinta karena Allah.

Begitu pula ketika kita mencintai seseorang hingga membawanya pada komitmen. Sampai tua bersamanya. Aku ingin mengatakannya padamu dari sekarang. Bahwa, aku mengerti ketika engkau mungkin akan merasa jenuh atau bosan melihatku setiap hari bersamamu nantinya. Hanya saja, kamu harus bercerita padaku tentang segala rasamu. Agar aku bisa mengingatkanmu tentang segala kenangan manis yang kita lalui bersama dulu. Aku akan sangat mengerti bahwa terkadang kita bisa berubah kapan saja, tapi jangan lupa untuk saling mengingatkan sesuatu yang tak pernah berubah agar kita kembali dan semakin kuat untuk bersama.

Aku akan berlapang dada.

Aku pun akan seperti itu ketika aku merasa jenuh, bercerita padamu. Dan yang akan kukatakan padamu nantinya ketika raut wajahku ini tak lagi bisa kusembunyikan darimu adalah: Bersabarlah. Aku hanya perlu waktu untuk membuka kembali kenangan-kenangan manis bersamamu. Aku perlu waktu sebentar saja untuk kembali mengingat dan meresapi harapan-harapan yang kugantungkan pada Allah dan berdoa pada Pemilik Hati untuk menjaga hati kita. Aku akan mengatakannya ketika kamu merasa tak lagi kuperhatikan setiap detail darimu. Pada saat itu, bertanyalah padaku.

Dengan begini, kita pun mampu mencintai yang telah usang sekalipun. Jangan menyerah terhadap mereka yang berada di sekitarmu nantinya. Karena sesungguhnya mereka, termasuk aku pun tak akan menyerah terhadapmu.

Wednesday, January 20, 2016

Kicauan Hati

A: Aku takut sekali, ada begitu banyak jalan, tak satupun yang kuyakini jalan itu menuju tujuanku.

H: Tidak perlu khawatir. Berdoalah..

A: Itu pasti, tapi belum hilang rasa takutnya.


H: Aku yakin Allah tau mana yang akan kita pilih, untuk itu dia kasih kita petunjuk (Al Quran). Biar kita ga tersesat. Biar kita memilih pilihan yang Allah pilihkan. Hanya dengan mengingat Allah hati merasa tenang kan?


A: Terima kasih. lalu bagaimana caranya kita tau bahwa kita sudah memilih jalan yang benar?


H: Ciri-cirinya jalan benar adalah jalan itu memberikan kita ketenangan, kebahagiaan, keberkahan dan menjadikan kita akhirnya mudah untuk bersyukur karena kata Allah jalan yang lurus adalah jalan yang diberi nikmat. Kenikmatan dunia dan akhirat. Insya Allah.


A: Amin. Terimakasih.

Tuesday, January 19, 2016

Masih pagi. Atau sudah pagi?

Badan ini sudah terbaring di kasur, sedangkan selimut sudah menggulung kesana-kemari. Mata yang dari kemarin pagi tak lelahnya untuk memejam istirahat. Ada pelik yang sudah seharusnya terbenam bersama hari tadi, tapi dia datangnya terlambat. Hampir tengah malam ingatan tentangnya datang lagi.

Bukan insomnia ataupun sengaja terjaga. Pikiran ini masih mengingat-ngingat kejadian masa itu, hal yang seharusnya tidak terjadi. Masa lalu memang lewatnya begitu saja, tapi jika ia datang lagi, untuk melewatinya lagi butuh waktu merelakan yang lebih.

Padahal, hanya butuh menjalaninya, mengikhlaskannya, dan membiarkannya berlalu begitu saja. Hal yang paling mudah mendekatkan masa lalu adalah menjalani masa yang akan datang.
Semoga saja, sama-sama bahagia. Hanya tinggal memilih mau bahagia seperti apa, dengan jalan yang bagaimana.

Monday, January 18, 2016

Syafakallah, kamu.

Sakit adalah kado berbalut ujian yang Allah persembahkan untuk hamba-hambaNya yang Dia sayang.
Alhamdulillah.
Alhamdulillah.
Alhamdulillah.
Allah beri nikmat sakit,
Allah sayangi, Allah cintai,
Allah pasti menyimpan hikmah dibalik setiap sakit yang kita alami.



Mengeluh?
Tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, mengerutu, apalagi su'udzhon kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
lebih parah lagi, kalau kita sampai mengutuk takdir.
Astagfirullah …
Na'udzhubillah …

Semua ujian yang diberikanNya semata-mata hanya agar hambaNya menjadi lebih baik dihadapanNya.

Rasulullah bersabda: “Barang siapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya”. [HR. Bukhari]

Syafakallah untuk kamu yang sedang sakit, semoga dengan nikmat sakit ini Allah mengangkat derajat kita, mendapatkan pahala kebaikan dan digugurkannya dosa-dosa kita.

InsyaAllah ….
Tetap tersenyum walau sakit dan jangan sekali-kali mengurangi ibadah yaa …
perbanyaklah istighfar dan dzikir ya :)


Saturday, January 16, 2016

Tak Bernama, sabarlah.

Karena hidup tidak selalu berjalan lurus, akan ada kelokan dan batu kerikil yang akan kamu lewati. Sekalipun kamu melewati kebun bunga, disana tetap kamu akan menemukan sebuah hal yang bernama rintangan. Tetaplah terus berjalan, karena itu adalah pilihan terbaik untuk melewati semua itu.

Allah memberikan ujian untukmu, agar kelak kamu bisa merasakan lebih manis sebuah karunia. Mungkin ujian itu akan membuatmu merasa sedikit ketakutan, letih dan tersendat-sendat untuk bangkit. Tapi ingatlah, di sekelilingmu akan ada malaikat yang Allah turunkan untuk mendekapmu ketika kamu letih, memberikan cahaya ketika jalan yang kamu lewati gulita, dan akan terus memberikan semangat untuk melewati semua ini, Malaikat itu bernama Aku 

Kamu, tetaplah terus berjuang.

Tetaplah berupaya, jangan berhenti.

Bukan kah segala hal terjadi atas kehendak Nya?

Berarti hal ini pun telah di rancang untuk mu.

Sabarlah sayang…

Wednesday, January 6, 2016

Apa yang bikin kamu yakin sama dia?

Mungkin pertanyaan itu akan sering dihadapi oleh orang-orang yang mau menikah, baru menikah, atau sudah sekian lama menikah. Ya kalaupun tidak sering, mungkin satu atau dua kali.

Saya sendiri juga pernah menanyakan hal yang serupa kepada sahabat-sahabat saya yang mau menikah. Kebanyakan dari mereka biasanya menjawab hal yang paling esensial, seperti “Ya dari semua hubungan-hubungan aku selama ini, dia yang paling mengerti aku.” atau “Ya aku sama dia pacaran udah lama, keluarga udah saling dekat dan saling restu.” 

Tiap-tiap orang punya alasannya sendiri. Tiap-tiap pasangan punya ceritanya sendiri. Itu juga yang membuat jawaban tiap orang menjadi berbeda.

Ada yang bilang, perkara jodoh, kita akan tahu begitu bertemu. When it times, it times. When you know, you know. Tapi saya tidak pernah puas dengan jawaban itu. Apa mungkin kita akan langsung tahu begitu melihat seseorang? Apa mungkin kita akan langsung yakin saja, tanpa pertanyaan dan tanpa keragu-raguan?

Entahlah. Kalau pertanyaan itu diajukan kepada saya, saya mungkin juga akan bingung menjawab kenapa saya merasa yakin saat saya menyayangi seseorang.

Entah karena saya memang terlahir dengan bawaan melankolis dan hopeless romantic, atau memang karena hati saya lebih berfungsi dari otak saya (metaphorically speaking, of course), biasanya begitu saya jatuh hati kepada seseorang, saya jatuh hati dengan teramat sangat.

Kalau boleh mengutip John Green di novel The Fault In Our Stars, “I fell in love the way you fell asleep: slowly, and then all at once.”. Mungkin seperti itu pula proses kimiawi yang terjadi dalam seluruh sendi-sendi saya ketika jatuh hati. Seluruhnya, tidak pernah sebagian. Sepenuhnya, tidak pernah setengah-setengah.

Seumur hidup, saya kali ini benar-benar jatuh hati. Pacaran (atau gebet-gebetan) memang lebih dari satu kali, biasanya hanya masuk hitungan sebagai “suka”. 

Dan waktu jatuh cinta itu, jika ditanya apakah yakin atau tidak, maka jawabannya adalah saya yakin. Kalau sudah jatuh cinta, saya akan ingin serius berhubungan. Pelan-pelan saya pasti bisa melihat orang yang saya sayangi itu di masa depan saya. Tidak buru-buru, melainkan bertahap. Kalau sudah jatuh cinta, dia akan saya perkenalkan kepada Allah lebih dulu. Dia akan ada dalam daftar harapan, pikiran, dan doa-doa saya setiap hari, persis di urutan kedua setelah orangtua, tepat sebelum saya kemudian mendoakan diri saya sendiri lalu mengenai hubungan kita.

Kemudian, perlahan akan ada bayangan-bayangan masa depan yang muncul. Seperti bagaimana jika kami bertumbuh menua bersama, bagaimana jika dia nanti saya perkenalkan ke keluarga saya, sampai bagaimana jika nanti dia menjadi ayah untuk anak-anak saya. Di saat seperti inilah biasanya saya baru sadar bahwa saya sudah jatuh hati seluruhnya. Bayangan-bayangan akan masa depan itu seakan respon refleks dari otak sebagai efek dari proses kimiawi di hati saya. Pokoknya, kalau sama sekali tidak ada bayangan seperti itu, artinya saya hanya sekedar suka.

Jadi kalau ada pertanyaan “Apa yang bikin kamu yakin sama dia?” diajukan kepada saya, jawaban saya sudah pasti, “Karena saya sayang sama dia, dan hati saya berkata demikian”. Terus terang, jawaban ini tidak masuk akal untuk kebanyakan orang. Bahkan kadang untuk diri saya sendiri sekalipun.

Kata orang, alasan di balik ‘keyakinan’ kita kepada seseorang justru lebih penting dari perasaan cinta itu sendiri. Kata orang, cinta tidak bisa dipakai buat beli rumah, bayar sekolah anak, atau jadi penjamin tidak akan berpisah setelah menikah. Kata orang, tentang jodoh dan pernikahan, sebuah ‘keyakinan’ harus punya alasan yang kuat.

Dia harus bisa membuat kita aman dan nyaman.
Dia harus setia dan bisa dipercaya.
Dia harus begini, dia harus begitu.
Tidak salah, tapi bagi saya itu juga tidak sepenuhnya benar.

Bagi saya, cinta yang sungguh-sungguh dan rasa yakin akan datang bersamaan. Saya yakin karena saya cinta. Tapi tentunya perasaan ini harus saling berbalasan dari dua orang, tidak bisa jika hanya dari saya sendiri saja.

Saat ini, saya sedang jatuh cinta. Kalau ditanya saya yakin atau tidak, saya insyaAllah yakin. Tapi perkara dia yakin pada saya atau tidak, insyaAllah yakin. Kadang sebagai manusia kita hanya bisa berserah pada waktu. Doa saya, semoga saya bisa jadi seseorang yang layak, yang cukup baik, untuk membuat seseorang menjadi yakin. Karena setahu saya, cinta yang sungguh-sungguh dan rasa yakin akan datang bersamaan.

Yang saya percaya, Allah menciptakan perasaan cinta dengan luar biasa. Karena jika kita mencintai seseorang, apakah kita tidak dengan sendirinya merasa aman dan nyaman juga berusaha membuatnya merasakan hal yang sama? Karena jika kita mencintai seseorang, bukankah kita dengan sendirinya akan menjadikan diri kita orang yang setia dan bisa dipercaya?

Kalau sudah saling cinta dengan sungguh-sungguh, bukannya akan yakin dengan sendirinya tanpa harus menimbang ini-itu?

Entahlah. Saya belum akan menikah dalam waktu dekat, mungkin saya juga salah.

Yang saya percaya, cinta diciptakan supaya manusia bisa menjadi versi paling baik dari dirinya sendiri.
-
Untuk kamu.
Dalam setiap keinginan untuk meyakinkan.

Tuesday, January 5, 2016

Assalamualaikum, selamat pagi dirimu.
Iya dirimu, kelak yang akan jadi imam untukku dan anak-anakku.
Meski di dunia ini banyak makhuk-Nya, aku hanya yakin bahwa di Lauhful Mahfudz telah tertulis namaku dan namamu.

Dan aku akan selalu berdoa untukmu, semoga Allah selalu menjagamu dari segala fitnah, selalu menguatkan hatimu agar selalu istiqomah, dan di harimu tak ada kesedihan. Jikalau hatimu saat ini sedang bersedih, ambillah air wudhu, mendekatkanlah diri kepadaNya! Jagalah dirimu dari hal-hal yang di larang agama ya Karena aku tak mau, jika cintamu pada Allah hilang, maka hilanglah pula cintaku padamu.

Jika memang Allah mengutusmu untuk jadi imam untukku dan anak-anakku, jangan tergesa-gesa ya wahai dirimu. Aku masih mempersiapkan diri agar kelak bisa menjadi wanita yang kau syukuri dan kau banggakan.

Namun jika perjalananmu lebih cepat sedang apa yang kusiapkan belum tuntas, ajari aku dengan segala ketulusanmu, bimbing aku agar jadi istri soleha untukmu, bimbing aku menuju jannahNya dengan segala kesabaran dan pengertianmu, jangan keraskan suara kepadaku jika aku salah, tapi bersabarlah dan berdoalah sampai aku bisa lurus dan bisa seperti maumu. Bimbinglah aku karna Allah Ta'ala.

Jaga cinta-Nya baik-baik ya. Aku akan menjaga hati ini untuk dirimu sampai Allah menyatukan kita.
Semoga kamu menjemputku dengan cara yang baik dan kita dipertemukan dalam sebaik-baik pertemuan hingga di satukan dalam sehalal-halalnya ikatan.

Jika suatu hari nanti Allah memang mempertemukan kita, semoga kamu berkata kepadaku “Ana uhibbuki fillah hatta fil jannah abadan abada” : “Aku mencintaimu hingga ke surga selama-lamanya karena Allah.”
Amin.

Saturday, January 2, 2016

Berpura-pura

Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Mungkin saja pagi ini kamu telah melakukannya, berkata pada dirimu sudah siap, tapi nyatanya tidak. Berkata bahwa kamu bisa, kamu mampu, kamu kuat, bahkan mungkin saja ada bagian hatimu yang berujar belum, ya belum.

Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Mungkin saja senyummu atau temanmu yang kau temui hari ini adalah bentuk kepura-puraan. Pura-pura bahagia, pura-pura tak terjadi apa-apa, atau pura-pura tak kecewa. Kita tak tau apa yang ada di balik hatinya, senyumnya, wajahnya. Mungkin saja.

Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Kamu berkata bahwa kamu tak apa-apa tak ada kabar dari dia, ya dia, entah siapa. Melihat layar hp seraya berkata, ah apa sih gak penting. Tapi hatimu beda, rindumu diam bertahta.

Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Saat kamu tertawa, tapi di sini, hatimu, kamu menangis. Tak ada yang tahu dan mungkin tak ada yang mau tahu. Kamu hanya ikuti alur, agar tidak tergusur.
Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Menahan pedulimu agar tak perlu berpura-pura selanjutnya. Kamu menahan itu, karna tahu pedulimu tak akan ada batasnya.

Tapi, jangan kamu berpura-pura di depan Dia, Allah yang tak pernah berpura-pura. Hilangkan kepura-puraan saat bersimpuh di depannya. Curahkan kepura-puraan hingga lepas tuntas tak ada batas. Karena Ia tahu bagaimana agar tak selamanya kamu berpura-pura.

Tentang berpura-pura, kamu akan tahu apa arti hidup sebenarnya. Menjaga dan dijaga. Mengikuti alur yang tak bisa terukur. Tak ada yang salah dari berpura-pura, tak salah juga jika kamu lelah dari berpura-pura. Dengan berpura-pura, kamu akan menemukan orang yang bersedia membuka topengnya, dan mungkin kau juga.

Siapa? Entahlah.
Selamat berpura-pura.

Friday, January 1, 2016

Belajar Tak Menyebutkan Nama

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Meski jantung ini berdetak tak menentu tatkala tak sengaja teringat akanmu. Bukankah rasa bisa saja menipu?

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Karena aku khawatir, jika aku menyebut namamu, ternyata aku tak cukup pantas sebagai pasangan dunia akhirat bagimu. Bukankah Allah selalu lebih tahu siapa yang terbaik untukmu? Pun demikian untukku. Biarlah waktu yang menjawab semua tanyaku.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Bukankah kita tak tahu apakah namamu atau kah namanya yang telah Allah tetapkan di sebelah namaku di Lauh Mahfudz sana?

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Biarlah Ia yang menuntunku untuk mencinta engkau yang terpilih untukku. Atau aku yang terpilih untukmu. Saat ijab kabul sudah kau ucap dengan mantap di depan Ayahku.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Marilah kita fokus saja mengejar cinta Allah ta'ala. Ia tak akan menyiakan hamba yang bekerja keras untuk taat atas setiap perintahNya. Ia kan persiapkan akhir cerita indah bagi setiap yang bertakwa. Termasuk urusan bernama cinta.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Tak perlu iri dengan cerita indah drama. Semua itu skenario buatan manusia. 

Sementara kisah kita? Allah Yang Mahacinta yang menuliskan special untuk setiap kita, hamba yang selalu dicintaiNya.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Karena aku percaya, Ia telah menuliskan cerita indah untuk kita di Lauh Mahfudz sana :’).

Saling mengingatkan dan menguatkan untuk istiqomah dalam taat ya..