Laman

Friday, January 22, 2016

Entah, jauh di sana, apa yang sedang kamu lakukan? Tentunya doaku tak pernah putus, insyaAllah, untukmu yang selalu menjaga dan mendoakanku hingga kelak Allah pertemukan kita.

Allah tahu apa yang terbaik untukku dan untukmu. Menjalani hidup dengan sebaik-baiknya adalah kewajiban masing-masing orang. Sikap kita sekarang akan berpengaruh terhadap masa depan kita kelak. Bila seseorang menjaga sikap, pikiran dan perbuatannya dengan baik, insyaAllah nanti akan berbuah manis.

Beberapa jam lalu saya sempat diingatkan oleh sebuah pesan di media sosial bahwa “pertemanan adalah gerbang tumbuhnya cinta”, maka saya tersentak seketika, Allah sangat tahu bagaimana mengingatkan saya. Ya Rabb, saya terharu dengan caramu ini. Bismillah, hanya karena Engkau-lah hamba menjaga diri dan perasaan ini.

Thursday, January 21, 2016

Berbicara Komitmen

Keseriusan untuk mencintai pasti membawa seseorang pada jenjang komitmen. Komitmen membawa pada loyalitas hingga totalitas. Terkadang kita merasa bahwa komitmen ini memberikan batasan-batasan tertentu demi kesetiaan. Kau tak bisa bebas seperti dulu, bebas tanpa batas untuk melanggar komitmen. Itulah konsekuensi berloyalitas, setia pada komitmen. Hingga kadang, pasti ada rasa jenuh dalam komitmen. Yang ini tentu saja sudah fitrah manusia. Suka merasa jenuh, melakukan hal yang sama, bertemu dengan orang yang sama. Bertemu dia yang setiap hari, setiap saat, pasti ada di samping, belakang, hadapanmu. Tapi, karena cinta, demi rasa tanggung jawab pada komitmen, itulah yang membuat kita tetap bertahan. Inilah konsekuensi bertotalitas. Masih ada banyak lagi konsekuensi untuk ini.

Itulah mengapa, terkadang Allah menguji kita dengan jarak dan waktu atas segala hubungan yang kita jalin. Allah mengerti sekali, bahwa kita mudah merasa jenuh atau terkadang seperti itu. Maka Allah akan mengenalkan kita pada setiap pertemuan yang amat berarti setelah jarak dan waktu menguji kita. Tapi yang namanya cinta, ia tak akan berubah. Hanya orang-orangnya lah yang berubah. Kau tahu? Saksi bisu yang membuktikan perkataan ini? Adalah kenangan di masa lalu. Kenangan-kenangan inilah yang terbentuk dari kisah cinta mereka terhadap siapapun dan saat kita merasa kehilanganlah, kita kadang baru mengerti betapa berharganya ia yang pergi.

Cinta karena Allah, lelaki sholeh pasti tak akan merasa lelah untuk mendirikan sholat 5 waktu setiap hari. Karena ia teringat dengan perjuangan Rasulullah untuk bernegosiasi dengan Allah atas waktu yang diberikan atau kenangan manis atas balasan orang-orang yang mendirikan sholat. Spesialnya lagi, ketika ia mencintai sesuatu karena Allah, tak hanya kenangan di masa lalu yang indah tapi harapan ke depannya nanti adalah keyakinan pasti baginya akan sesuatu yang baik. Karena mencintai Allah adalah mencintai sesuatu tanpa batas dengan segala kebaikan dariNya. Dan setiap kenangan yang tak pernah berubah inilah, yang bisa memperbaharui komitmen kita pada seseorang yang hidup bersama kita. Seperti syahadat yang kita ulang setiap hari untuk memperbaharui komitmen kita mencintai Allah. Atas segala keyakinan masa depan yang baik, bahkan. Itulah istimewanya cinta karena Allah.

Begitu pula ketika kita mencintai seseorang hingga membawanya pada komitmen. Sampai tua bersamanya. Aku ingin mengatakannya padamu dari sekarang. Bahwa, aku mengerti ketika engkau mungkin akan merasa jenuh atau bosan melihatku setiap hari bersamamu nantinya. Hanya saja, kamu harus bercerita padaku tentang segala rasamu. Agar aku bisa mengingatkanmu tentang segala kenangan manis yang kita lalui bersama dulu. Aku akan sangat mengerti bahwa terkadang kita bisa berubah kapan saja, tapi jangan lupa untuk saling mengingatkan sesuatu yang tak pernah berubah agar kita kembali dan semakin kuat untuk bersama.

Aku akan berlapang dada.

Aku pun akan seperti itu ketika aku merasa jenuh, bercerita padamu. Dan yang akan kukatakan padamu nantinya ketika raut wajahku ini tak lagi bisa kusembunyikan darimu adalah: Bersabarlah. Aku hanya perlu waktu untuk membuka kembali kenangan-kenangan manis bersamamu. Aku perlu waktu sebentar saja untuk kembali mengingat dan meresapi harapan-harapan yang kugantungkan pada Allah dan berdoa pada Pemilik Hati untuk menjaga hati kita. Aku akan mengatakannya ketika kamu merasa tak lagi kuperhatikan setiap detail darimu. Pada saat itu, bertanyalah padaku.

Dengan begini, kita pun mampu mencintai yang telah usang sekalipun. Jangan menyerah terhadap mereka yang berada di sekitarmu nantinya. Karena sesungguhnya mereka, termasuk aku pun tak akan menyerah terhadapmu.

Wednesday, January 20, 2016

Kicauan Hati

A: Aku takut sekali, ada begitu banyak jalan, tak satupun yang kuyakini jalan itu menuju tujuanku.

H: Tidak perlu khawatir. Berdoalah..

A: Itu pasti, tapi belum hilang rasa takutnya.


H: Aku yakin Allah tau mana yang akan kita pilih, untuk itu dia kasih kita petunjuk (Al Quran). Biar kita ga tersesat. Biar kita memilih pilihan yang Allah pilihkan. Hanya dengan mengingat Allah hati merasa tenang kan?


A: Terima kasih. lalu bagaimana caranya kita tau bahwa kita sudah memilih jalan yang benar?


H: Ciri-cirinya jalan benar adalah jalan itu memberikan kita ketenangan, kebahagiaan, keberkahan dan menjadikan kita akhirnya mudah untuk bersyukur karena kata Allah jalan yang lurus adalah jalan yang diberi nikmat. Kenikmatan dunia dan akhirat. Insya Allah.


A: Amin. Terimakasih.

Tuesday, January 19, 2016

Masih pagi. Atau sudah pagi?

Badan ini sudah terbaring di kasur, sedangkan selimut sudah menggulung kesana-kemari. Mata yang dari kemarin pagi tak lelahnya untuk memejam istirahat. Ada pelik yang sudah seharusnya terbenam bersama hari tadi, tapi dia datangnya terlambat. Hampir tengah malam ingatan tentangnya datang lagi.

Bukan insomnia ataupun sengaja terjaga. Pikiran ini masih mengingat-ngingat kejadian masa itu, hal yang seharusnya tidak terjadi. Masa lalu memang lewatnya begitu saja, tapi jika ia datang lagi, untuk melewatinya lagi butuh waktu merelakan yang lebih.

Padahal, hanya butuh menjalaninya, mengikhlaskannya, dan membiarkannya berlalu begitu saja. Hal yang paling mudah mendekatkan masa lalu adalah menjalani masa yang akan datang.
Semoga saja, sama-sama bahagia. Hanya tinggal memilih mau bahagia seperti apa, dengan jalan yang bagaimana.

Monday, January 18, 2016

Syafakallah, kamu.

Sakit adalah kado berbalut ujian yang Allah persembahkan untuk hamba-hambaNya yang Dia sayang.
Alhamdulillah.
Alhamdulillah.
Alhamdulillah.
Allah beri nikmat sakit,
Allah sayangi, Allah cintai,
Allah pasti menyimpan hikmah dibalik setiap sakit yang kita alami.



Mengeluh?
Tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, mengerutu, apalagi su'udzhon kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
lebih parah lagi, kalau kita sampai mengutuk takdir.
Astagfirullah …
Na'udzhubillah …

Semua ujian yang diberikanNya semata-mata hanya agar hambaNya menjadi lebih baik dihadapanNya.

Rasulullah bersabda: “Barang siapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan musibah kepadanya”. [HR. Bukhari]

Syafakallah untuk kamu yang sedang sakit, semoga dengan nikmat sakit ini Allah mengangkat derajat kita, mendapatkan pahala kebaikan dan digugurkannya dosa-dosa kita.

InsyaAllah ….
Tetap tersenyum walau sakit dan jangan sekali-kali mengurangi ibadah yaa …
perbanyaklah istighfar dan dzikir ya :)


Saturday, January 16, 2016

Tak Bernama, sabarlah.

Karena hidup tidak selalu berjalan lurus, akan ada kelokan dan batu kerikil yang akan kamu lewati. Sekalipun kamu melewati kebun bunga, disana tetap kamu akan menemukan sebuah hal yang bernama rintangan. Tetaplah terus berjalan, karena itu adalah pilihan terbaik untuk melewati semua itu.

Allah memberikan ujian untukmu, agar kelak kamu bisa merasakan lebih manis sebuah karunia. Mungkin ujian itu akan membuatmu merasa sedikit ketakutan, letih dan tersendat-sendat untuk bangkit. Tapi ingatlah, di sekelilingmu akan ada malaikat yang Allah turunkan untuk mendekapmu ketika kamu letih, memberikan cahaya ketika jalan yang kamu lewati gulita, dan akan terus memberikan semangat untuk melewati semua ini, Malaikat itu bernama Aku 

Kamu, tetaplah terus berjuang.

Tetaplah berupaya, jangan berhenti.

Bukan kah segala hal terjadi atas kehendak Nya?

Berarti hal ini pun telah di rancang untuk mu.

Sabarlah sayang…

Wednesday, January 6, 2016

Apa yang bikin kamu yakin sama dia?

Mungkin pertanyaan itu akan sering dihadapi oleh orang-orang yang mau menikah, baru menikah, atau sudah sekian lama menikah. Ya kalaupun tidak sering, mungkin satu atau dua kali.

Saya sendiri juga pernah menanyakan hal yang serupa kepada sahabat-sahabat saya yang mau menikah. Kebanyakan dari mereka biasanya menjawab hal yang paling esensial, seperti “Ya dari semua hubungan-hubungan aku selama ini, dia yang paling mengerti aku.” atau “Ya aku sama dia pacaran udah lama, keluarga udah saling dekat dan saling restu.” 

Tiap-tiap orang punya alasannya sendiri. Tiap-tiap pasangan punya ceritanya sendiri. Itu juga yang membuat jawaban tiap orang menjadi berbeda.

Ada yang bilang, perkara jodoh, kita akan tahu begitu bertemu. When it times, it times. When you know, you know. Tapi saya tidak pernah puas dengan jawaban itu. Apa mungkin kita akan langsung tahu begitu melihat seseorang? Apa mungkin kita akan langsung yakin saja, tanpa pertanyaan dan tanpa keragu-raguan?

Entahlah. Kalau pertanyaan itu diajukan kepada saya, saya mungkin juga akan bingung menjawab kenapa saya merasa yakin saat saya menyayangi seseorang.

Entah karena saya memang terlahir dengan bawaan melankolis dan hopeless romantic, atau memang karena hati saya lebih berfungsi dari otak saya (metaphorically speaking, of course), biasanya begitu saya jatuh hati kepada seseorang, saya jatuh hati dengan teramat sangat.

Kalau boleh mengutip John Green di novel The Fault In Our Stars, “I fell in love the way you fell asleep: slowly, and then all at once.”. Mungkin seperti itu pula proses kimiawi yang terjadi dalam seluruh sendi-sendi saya ketika jatuh hati. Seluruhnya, tidak pernah sebagian. Sepenuhnya, tidak pernah setengah-setengah.

Seumur hidup, saya kali ini benar-benar jatuh hati. Pacaran (atau gebet-gebetan) memang lebih dari satu kali, biasanya hanya masuk hitungan sebagai “suka”. 

Dan waktu jatuh cinta itu, jika ditanya apakah yakin atau tidak, maka jawabannya adalah saya yakin. Kalau sudah jatuh cinta, saya akan ingin serius berhubungan. Pelan-pelan saya pasti bisa melihat orang yang saya sayangi itu di masa depan saya. Tidak buru-buru, melainkan bertahap. Kalau sudah jatuh cinta, dia akan saya perkenalkan kepada Allah lebih dulu. Dia akan ada dalam daftar harapan, pikiran, dan doa-doa saya setiap hari, persis di urutan kedua setelah orangtua, tepat sebelum saya kemudian mendoakan diri saya sendiri lalu mengenai hubungan kita.

Kemudian, perlahan akan ada bayangan-bayangan masa depan yang muncul. Seperti bagaimana jika kami bertumbuh menua bersama, bagaimana jika dia nanti saya perkenalkan ke keluarga saya, sampai bagaimana jika nanti dia menjadi ayah untuk anak-anak saya. Di saat seperti inilah biasanya saya baru sadar bahwa saya sudah jatuh hati seluruhnya. Bayangan-bayangan akan masa depan itu seakan respon refleks dari otak sebagai efek dari proses kimiawi di hati saya. Pokoknya, kalau sama sekali tidak ada bayangan seperti itu, artinya saya hanya sekedar suka.

Jadi kalau ada pertanyaan “Apa yang bikin kamu yakin sama dia?” diajukan kepada saya, jawaban saya sudah pasti, “Karena saya sayang sama dia, dan hati saya berkata demikian”. Terus terang, jawaban ini tidak masuk akal untuk kebanyakan orang. Bahkan kadang untuk diri saya sendiri sekalipun.

Kata orang, alasan di balik ‘keyakinan’ kita kepada seseorang justru lebih penting dari perasaan cinta itu sendiri. Kata orang, cinta tidak bisa dipakai buat beli rumah, bayar sekolah anak, atau jadi penjamin tidak akan berpisah setelah menikah. Kata orang, tentang jodoh dan pernikahan, sebuah ‘keyakinan’ harus punya alasan yang kuat.

Dia harus bisa membuat kita aman dan nyaman.
Dia harus setia dan bisa dipercaya.
Dia harus begini, dia harus begitu.
Tidak salah, tapi bagi saya itu juga tidak sepenuhnya benar.

Bagi saya, cinta yang sungguh-sungguh dan rasa yakin akan datang bersamaan. Saya yakin karena saya cinta. Tapi tentunya perasaan ini harus saling berbalasan dari dua orang, tidak bisa jika hanya dari saya sendiri saja.

Saat ini, saya sedang jatuh cinta. Kalau ditanya saya yakin atau tidak, saya insyaAllah yakin. Tapi perkara dia yakin pada saya atau tidak, insyaAllah yakin. Kadang sebagai manusia kita hanya bisa berserah pada waktu. Doa saya, semoga saya bisa jadi seseorang yang layak, yang cukup baik, untuk membuat seseorang menjadi yakin. Karena setahu saya, cinta yang sungguh-sungguh dan rasa yakin akan datang bersamaan.

Yang saya percaya, Allah menciptakan perasaan cinta dengan luar biasa. Karena jika kita mencintai seseorang, apakah kita tidak dengan sendirinya merasa aman dan nyaman juga berusaha membuatnya merasakan hal yang sama? Karena jika kita mencintai seseorang, bukankah kita dengan sendirinya akan menjadikan diri kita orang yang setia dan bisa dipercaya?

Kalau sudah saling cinta dengan sungguh-sungguh, bukannya akan yakin dengan sendirinya tanpa harus menimbang ini-itu?

Entahlah. Saya belum akan menikah dalam waktu dekat, mungkin saya juga salah.

Yang saya percaya, cinta diciptakan supaya manusia bisa menjadi versi paling baik dari dirinya sendiri.
-
Untuk kamu.
Dalam setiap keinginan untuk meyakinkan.

Tuesday, January 5, 2016

Assalamualaikum, selamat pagi dirimu.
Iya dirimu, kelak yang akan jadi imam untukku dan anak-anakku.
Meski di dunia ini banyak makhuk-Nya, aku hanya yakin bahwa di Lauhful Mahfudz telah tertulis namaku dan namamu.

Dan aku akan selalu berdoa untukmu, semoga Allah selalu menjagamu dari segala fitnah, selalu menguatkan hatimu agar selalu istiqomah, dan di harimu tak ada kesedihan. Jikalau hatimu saat ini sedang bersedih, ambillah air wudhu, mendekatkanlah diri kepadaNya! Jagalah dirimu dari hal-hal yang di larang agama ya Karena aku tak mau, jika cintamu pada Allah hilang, maka hilanglah pula cintaku padamu.

Jika memang Allah mengutusmu untuk jadi imam untukku dan anak-anakku, jangan tergesa-gesa ya wahai dirimu. Aku masih mempersiapkan diri agar kelak bisa menjadi wanita yang kau syukuri dan kau banggakan.

Namun jika perjalananmu lebih cepat sedang apa yang kusiapkan belum tuntas, ajari aku dengan segala ketulusanmu, bimbing aku agar jadi istri soleha untukmu, bimbing aku menuju jannahNya dengan segala kesabaran dan pengertianmu, jangan keraskan suara kepadaku jika aku salah, tapi bersabarlah dan berdoalah sampai aku bisa lurus dan bisa seperti maumu. Bimbinglah aku karna Allah Ta'ala.

Jaga cinta-Nya baik-baik ya. Aku akan menjaga hati ini untuk dirimu sampai Allah menyatukan kita.
Semoga kamu menjemputku dengan cara yang baik dan kita dipertemukan dalam sebaik-baik pertemuan hingga di satukan dalam sehalal-halalnya ikatan.

Jika suatu hari nanti Allah memang mempertemukan kita, semoga kamu berkata kepadaku “Ana uhibbuki fillah hatta fil jannah abadan abada” : “Aku mencintaimu hingga ke surga selama-lamanya karena Allah.”
Amin.

Saturday, January 2, 2016

Berpura-pura

Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Mungkin saja pagi ini kamu telah melakukannya, berkata pada dirimu sudah siap, tapi nyatanya tidak. Berkata bahwa kamu bisa, kamu mampu, kamu kuat, bahkan mungkin saja ada bagian hatimu yang berujar belum, ya belum.

Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Mungkin saja senyummu atau temanmu yang kau temui hari ini adalah bentuk kepura-puraan. Pura-pura bahagia, pura-pura tak terjadi apa-apa, atau pura-pura tak kecewa. Kita tak tau apa yang ada di balik hatinya, senyumnya, wajahnya. Mungkin saja.

Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Kamu berkata bahwa kamu tak apa-apa tak ada kabar dari dia, ya dia, entah siapa. Melihat layar hp seraya berkata, ah apa sih gak penting. Tapi hatimu beda, rindumu diam bertahta.

Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Saat kamu tertawa, tapi di sini, hatimu, kamu menangis. Tak ada yang tahu dan mungkin tak ada yang mau tahu. Kamu hanya ikuti alur, agar tidak tergusur.
Tak ada yang bisa lepas dari berpura-pura. Menahan pedulimu agar tak perlu berpura-pura selanjutnya. Kamu menahan itu, karna tahu pedulimu tak akan ada batasnya.

Tapi, jangan kamu berpura-pura di depan Dia, Allah yang tak pernah berpura-pura. Hilangkan kepura-puraan saat bersimpuh di depannya. Curahkan kepura-puraan hingga lepas tuntas tak ada batas. Karena Ia tahu bagaimana agar tak selamanya kamu berpura-pura.

Tentang berpura-pura, kamu akan tahu apa arti hidup sebenarnya. Menjaga dan dijaga. Mengikuti alur yang tak bisa terukur. Tak ada yang salah dari berpura-pura, tak salah juga jika kamu lelah dari berpura-pura. Dengan berpura-pura, kamu akan menemukan orang yang bersedia membuka topengnya, dan mungkin kau juga.

Siapa? Entahlah.
Selamat berpura-pura.

Friday, January 1, 2016

Belajar Tak Menyebutkan Nama

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Meski jantung ini berdetak tak menentu tatkala tak sengaja teringat akanmu. Bukankah rasa bisa saja menipu?

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Karena aku khawatir, jika aku menyebut namamu, ternyata aku tak cukup pantas sebagai pasangan dunia akhirat bagimu. Bukankah Allah selalu lebih tahu siapa yang terbaik untukmu? Pun demikian untukku. Biarlah waktu yang menjawab semua tanyaku.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Bukankah kita tak tahu apakah namamu atau kah namanya yang telah Allah tetapkan di sebelah namaku di Lauh Mahfudz sana?

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Biarlah Ia yang menuntunku untuk mencinta engkau yang terpilih untukku. Atau aku yang terpilih untukmu. Saat ijab kabul sudah kau ucap dengan mantap di depan Ayahku.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Marilah kita fokus saja mengejar cinta Allah ta'ala. Ia tak akan menyiakan hamba yang bekerja keras untuk taat atas setiap perintahNya. Ia kan persiapkan akhir cerita indah bagi setiap yang bertakwa. Termasuk urusan bernama cinta.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Tak perlu iri dengan cerita indah drama. Semua itu skenario buatan manusia. 

Sementara kisah kita? Allah Yang Mahacinta yang menuliskan special untuk setiap kita, hamba yang selalu dicintaiNya.

Aku belajar untuk tidak menyebut sebuah nama. Karena aku percaya, Ia telah menuliskan cerita indah untuk kita di Lauh Mahfudz sana :’).

Saling mengingatkan dan menguatkan untuk istiqomah dalam taat ya..