Laman

Monday, December 12, 2016

Hey kamu, yang sedang berjuang menahan diri


Apa kabar dirimu? Jika bisa, rasanya ingin kutawarkan tempat duduk di sisiku khusus untukmu. Ingin kupandang wajahmu lekat-lekat lalu bertanya,

“Beratkah hari-harimu belakangan ini? Cukup menyenangkan kah pekerjaan yang sedang kau jalani? Atau kau masih berkutat dengan teori dan buku yang membuatmu terjaga sampai dini hari?”

Sunday, December 11, 2016

Ketika Merasa Tersudutkan



Aku terbangun dengan kemampuanku untuk terus berdiri, mencoba sedikit berjalan dan kemudian memulai ancang-ancang untuk segera berlari. Aku sekedar berdiri agar tampak lebih mampu menggapai dan menunjukkan jika aku tak selamanya duduk atau bahkan terbaring. Aku berjalan biar terlihat sedikit ada perubahan untuk segera bergegas. Dan aku berlari agar aku bisa menunjukkan jika aku mampu. Aku berusaha berdiri agar aku menjadi lebih baik, aku berjalan untuk mencari jalan dan arah yang benar, aku mencari tujuan layaknya aku seperti hidup dalam kerumunan dunia ini dan aku berlari untuk mengejar dia yang lebih dahulu. Berusaha dan terus berusaha seperti aku mampu berdiri, berjalan dan berlari. 

Saturday, December 10, 2016

Percaya.

Seiring dengan rintikan hujan yang tak kunjung hilang, detak jarum detik selalu setia memberi nada pada malam yang terlalu sepi. Saat itu, hatimu selalu merasa sakit dengan luapan ego yang tak terkendali, malam selalu membisu meski sujud telah menenangkan hujan pada dirimu.

Aku (mencoba) percaya bahwa akan ada keajaiban dalam menjajaki lorong waktu ini, akan ada cahaya-Nya yang senantiasa menemani langkah kecilmu, akan ada desiran angin yang membawa pergi semua hujanmu, hingga pelangi menerbitkan garis warna untukmu.

Percaya tidak seringan mengedipkan kedua matamu, tidak semudah menarik garis senyum pada wajahmu. Perkara percaya lebih berat dibanding aku harus berlari mengejarmu. Percaya bukan tentang aku menunggumu, percaya ialah tentang bagaimana aku meneguhkan, mengokohkan diri yang terlampau lemah kepada yang MahaKuat

Saturday, December 3, 2016

Terbatas atau dibatasi?

Langit itu luas, bumi juga luas apalagi pemikiran kita. Kita tidak bisa hidup tanpa batas, entah Terbatas atau Dibatasi yang pasti dalam hidup kita hanya pemikiran kita yang tanpa batas. Ya setiap manusia tau dan berhak memilih sesuatu tapi kenapa selalu saja ada yang membatasi?

Terlepas dari terciptanya kata “Batas” itu sendiri, manusia pasti menggunakan hatinya sebagai pembatas. Apakah itu fungsi hati? Saya tidak tahu. Hati kita itu ibarat Police Line yang membatasi suatu ruang, ketika kita ingin mengetahui lebih dalam ada apa di dalamnya kita hanya bisa terhenti di luarnya saja. Sama seperti hati kita, ketika Saya ingin megetahui ruang hati seseorang lebih dalam selalu ada saja yang membatasi. Entah itu hati saya atau hati orang lain.