Laman

Wednesday, June 24, 2015

Selamat Pagi, Kamu!



Selamat pagi, mentari yang masih nampak sembunyi di balik peraduannya. Awan kelabu perlahan bergerak menuju tempatmu.

Akankah dia mengusikmu?
Akankah dia menghampiri untuk sekadar mengucapkan selamat pagi pula untukmu?
Akankah dia membangunkanmu agar secepatnya kau memberikan cahaya kehidupan bagi dunia?

Mentari…
Sebelum aku bertemu denganmu pagi ini,
Aku sudah lebih dulu menemuinya.
Dia datang ke mimpiku semalam.
Entah gerangan apa dia bisa hadir.
Apakah aku memikirkannya?
Ataukah sebaliknya?
Ah, mungkin untuk poin kedua itu mustahil….
Mungkin karena aku memang memikirkannya.
Lebih tepatnya aku kepikiran. Kepikiran tentang dia.

Malam itu entahlah bagaimana kronologinya yang jelas aku kurang ingat. Yang kuingat hanya ada dia di mimpiku. Hanya itu. Dia. Dia yang membuatku kepikiran sampai saat ini. Detik ini. 

Andaikan dalam mimpi itu aku temui kebahagiaan bersamamu, aku memilih untuk bangun. Bertindak, berusaha, dan ikhtiyar semoga bukan hanya mimpi saja, harus bisa terwujud.

Mentari, kini kau telah datang. Dan sepertinya awan kelabu pun bersedia untuk dikalahkan oleh sinarmu.

Selamat pagi, Kamu.

Tuesday, June 23, 2015

Afwan, Aku Merindukanmu.



Halo. Selamat datang kembali di alam mimpiku. Menyenangkan rasanya bisa kembali mendengar lembutnya suaramu menyapa gendang telingaku. Nampak begitu nyata untuk sebuah mimpi, tapi nampak terlalu berharap untuk sebuah nyata.

Nyatanya, Sudah sejauh mana langkahmu pergi? Sudah berjalan jauh? Atau malah berlari? Memudarkan rasa yang pernah ada. Sebenarnya aku malu mengatakan ini, aku baru setengah dari langkahku, belum jauh dan mungkin belum bisa. Apa kamu tau? Tadi pagi aku baru saja menulis harapan. Aku menulis itu ketika namamu yang selalu kuucap dalam doaku. 

Tahukah kamu, sampai detik ini aku masih mengingatmu, masih terasa begitu jelas senyum terakhir yang kamu beri untukku. Matamu, yang menjadi salah satu alasan aku menyayangimu masih sangat jelas di otakku. Terkadang aku marah dan kesal pada diriku sendiri, harusnya aku tak merindukanmu.

Tak kusangka, cerita kita hanya sampai ini. Tapi aku percaya dimana kita akan menemukan indah pada waktunya meskipun tak lekas kudapati waktu indah itu. Sebenarnya aku memang terluka tapi tak seharusnya aku merindukanmu. Meskipun aku yang mengakhiri, tahukah kamu apa yang terjadi padaku? Aku merasa menjadi tak bersemangat. Bila orang di sekitarku bertanya tentang dirimu dan bibirku tak mampu berucap, hanya tetesan air mata yang dapat menjawab. 

Dalam tulisanku, aku hanya ingin mengatakan kalau aku ingin bertemu kamu. Ingin sekali rasanya melihat senyumu, mendengar suaramu dalam nyata, dan menyapamu bukan hanya dalam ilusi semata.

Kalau sekarang aku belum bisa menyapamu dalam nyata, semoga suatu saat nanti Allah mempertemukan aku dengan kamu. Ketika saat yang sama aku sudah tak merindukanmu, aku sudah bisa melepaskan kamu. Dan kamu bukanlah satu-satunya yang ku lihat dalam pejamku sebelum tidur.

Maafkan aku yang selalu menulis kisah kita yang mungkin kamu anggap berlebihan, karena tidak semua yang aku rasakan harus ku katakan, bila memang dengan tulisan sudah mewakili perasaanku. aku yang tak dapat lagi menyembunyikan sedemikian perasaanku yang seharusnya tak berkembang sejauh ini. Seharusnya aku menyadari kalau kamu adalah lelaki ramah yang mau memberi perhatian kepada semua orang. Seharusnya aku bisa mengendalikan perasaanku agar tak berharap sejauh ini. Seharusnya aku terus mencengkram rem itu tanpa melepaskannya.  

Aku hanya bisa merindukanmu mungkin disini dan memang rasa yang aku miliki ini memang tercipta hanya untuk sebatas merindukanmu dan aku sangat menghargai perasaanku dan juga cerita indah yang selalu kamu berikan untukku.

Aku ingin semuanya berlalu begitu saja, aku ingin semuanya mengalir indah tak terencana. Tapi kini, bayangmu ternyata tak pernah hilang dari fikiranku.. Aku ingin terbang jauh, ke tempat dimana tak ku bisa lagi mengenang semua tentangmu. Tapi semakin ku mencoba, semakin berat tuk melepaskanmu.

Kini, aku sadar ketika mimpi-mimpi disetiap malamku masih tentang dirimu. Aku merindukanmu, Afwan aku merindukanmu.

Semoga seperti yang kamu bilang, “rasa yang sama, kita rasain.”

Thursday, June 18, 2015

Mengikhlaskan CInta



Yang hilang kan kembali jika direlakan. Yang akan datang kan berlari jika diikhlaskan. Berharap tapi tak berharap. Lepaskan harap kita kepada-Nya

“Ikhlas”. ya, Ikhlas.  Apa sih ikhlas itu? Ada apa dengan ikhlas? Mengapa kita harus ikhlas? Satu kata yang mudah diucapkan, namun sulit dilaksanakan.

Ikhlas adalah kualitas tertinggi kemurnian hati, hanya karena Allah dan untuk Allah. Dalam setiap perbuatan, kita dituntut untuk selalu ikhlas. Ikhlas sebelum melakukan amal, ketika sedang, dan setelah melakukannya. Dalam bentuk apapun itu, kita harus Ikhlas.

Setelah itu bagaimana kalau keikhlasan di hubungkan dengan “Cinta” ? Seperti apa mencintai dalam ikhlas? Jika kita sering mendengar cinta dalam hati, sekarang kita rubah menjadi cinta dalam ikhlas.

Terinsipirasi dari lagu Kang Abay, Cinta Dalam Ikhlas itu meski masing-masing memiliki kecenderungan hati, namun tak menyimpan ekspektasi 'harus dia'. bila tak bersamanya, ikhlas dan tetap baik-baik saja. mencintai itu belajar mengikhlaskan, bukan memiliki. 

Penantian itu hanya ilusi. Saat harapan sudah diikhlaskan. Saat keyakinan sudah diazzamkan. Ikhtiar kita dalam kesabaran akan berbuah kebahagiaan.

Ketika kita mencintai dalam ikhlas, Maka tidak akan ada kalimat “pemberi harapan palsu” atau kalau kata anak-anak gaul jaman sekarang itu, “PHP” Hahaha. Mencintai dalam ikhlas itu mencintai karena Allah bukan karena nafsu atau hanya keinginan. Dalam cinta yang ikhlas terdapat beberapa variabel, dimana mencintai karena agama dan mencintai untuk melindungi dan membahagiakan. Karena ketika semua itu kita lakukan karena Allah, maka kitapun tidak akan takut kehilangan. Dan yang dicintai itu kepunyaan Allah.disatukan dan dipisahkan atas izin ridha-Nya. Bukankah semua ini hanya titipan?

Menangis pada-Nya itu bahagia. Melepaskan pada-Nya itu mendapatkan. Merelakan pada-Nya itu menerima, seperti inilah cinta dalam ikhlas. Allah sudah siapkan seseorang yang terbaik untuk kita. Sekarang pertanyaannya, relakah diri kita diatur oleh-Nya sampai pertemuan itu tiba? Mencintai dan mengikhlaskan juga belajar bersabar. Tentu saja, karena Allah selalu memasangkan 2 insan yang tak sempurna, tapi bisa saling melengkapi. Bukan begitu?

Ikhlaskan pengharapanmu, akan semakin dekat dia yang dinantikan. Pantaskan dirimu, akan mulia pasanganmu yang kelak datang  InsyaAllah.

Jika tak bisa lupakan dia, tapi berharaplah bisa mengikhlaskan Cinta. Karena yakinlah rencanaNya lebih indah. Jika berjodoh, maka kan disatukanNya.

Rabb, saya amat yakin bahwa janjiMu adalah Benar. Bahwa rencanaMu lah yang terbaik. Jika dia jodohku, jaga dia dalam kebaikan dan kebenaranmu. Dan pertemukan kami kembali diwaktu dan saat yang tepat kami bersatu. Jika dia bukan jodohku, aku yakin ENGKAU sudah persiapkan seseorang yg lebih baik untukku.” Kuncinya, berdoa dengan tulus ikhlas dan jangan memaksa Allah" (Kang Abay).