Laman

Tuesday, July 28, 2015

Tentangmu, lagi.


Malam sudah larut namun aku sama sekali tidak berkeinginan untuk beranjak dari tempat ini dan kemudian memutuskan untuk tidur. Memang sudah beberapa kali aku menguap, mataku juga merah-perih-berair, serta tubuhku rasanya kelelahan sekali akibat duduk disini berjam-jam. Semua itu menunjukkan bahwa aku sebenarnya ngantuk, bahkan benar-benar ngantuk. 

Aku sangat merindukan kasur dengan bantal dan guling biru yang sekitar 19 jam lalu aku tinggalkan. Aku butuh tidur, lalu bermimpi tentang seseorang yang sekarang sedang mengusik hari-hariku dengan bayangannya. Well, itu aku menjadi mimpi yang sangat indah.

Tetapi tetap, aku masih belum mau untuk segera mewujudkan keinginan tidur itu dulu, walau pada kenyataannya, sekarang, disini, aku menahan kantukku, memaksakan kedua bola mataku untuk tetap terbuka lebar, memusatkan seluruh saraf tubuhku pada layar monitor di hadapanku, memaksakan jari-jari tanganku untuk tetap mengetikkan kata demi kata, apapun itu, yang penting sebuah tulisan terbentuk malam ini. Aku sedang ingin menulis. Walau tahu, aku tak punya ide mau menulis tentang apa.

Sempat terpikir untuk menulis tentangmu. Lagi. Iya tentangmu lagi, untuk kesekian kalinya. 
Kamu, yang selalu aku rindukan sebatas tulisan-tulisanku.

Tapi Ah Sudahlah. baiklah, saatnya aku untuk tidur sekarang. dan tentu saja, bermimpi indah,

Monday, July 27, 2015

Bukan diam

Jika suatu hari kamu membaca ini. Ketahuilah, ada seorang wanita yang menantimu sesabar ini.
Merindumu sesyahdu ini.
Meyakini kedatanganmu, melebihi yakinnya pada gelap malam yang akan pudar oleh mentari...



Bukan...dia bukan diam...
Kamu hanya tak tau, bibirnya selalu merapal doa dengan namamu di dalamnya...
 

Bukan...dia, bukan sedang diam...
Kamu yang tak tau, tatap matanya selalu waspada memperhatikan lalu lalang di hadapnya, berharap temukan bayangmu di antara mereka...

Sungguh, dia bukan diam...
Kamu yang tak kunjung pahami, bahwa ada wanita yang tak juga beranjak dari duduknya hanya karena dia takut sekali kamu akan datang selagi dia pergi mencari...

Iya, dia masih saja setia duduk dalam diamnya...
Menantimu datang meski entah kapan waktunya...


- Al-Fatihah -


Saturday, July 25, 2015

Sepenggal lamunanku



Aku menatap sesuatu yang tak kau lihat. Aku mendengar sesuatu yang tak kau dengar. Aku merasakan sesuatu yang tak kau rasakan.

Masih tentang hal yang sama. Aku belum ingin ganti topik. Tentang dia. Seseorang yang selalu ku perbincangkan sangat lama bersama-Mu. Seseorang yang selalu kusebut dalam setiap frasa kata ketika aku bercakap panjang dengan-Mu. Tentang dia.

Aku tidak peduli pada kedekatan kita yang semakin hari semakin tidak jelas ini. Kedekatan yang kian hari kian tak kupahami. 

Semua kulakukan diam-diam. Begitu tertata rapih. Semua kusembunyikan. Hingga perasaanmu yang terkadang tak peka tetap saja tak peduli pada degupan hati yang jarang tertangkap oleh hatimu. Aku pandai menyembunyikan banyak hal hingga kau tak memahami yang sebenanarnya terjadi.

Tapi aku selalu ingat perkataanmu, "Kenapa tidak mungkin?". Aku tersenyum ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku. 

Namun aku takut. Takut. Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tidak kuinginkan. Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang kuduga benar adalah hal yang salah. Tolong kembalikan aku kejalanku yang dulu, sebelum aku mengganggu rute tujuanmu.

Ketahuilah, Sholeh. Tak ada yang tahu, kapan pertemuan menjadi penyebab penyatuan dan bahkan kapan perpisahan menjadi penyebab kegelisahan. Aku menjalani, kamu meyakini, namun pada akhirnya waktu juga yang akan menentukan akhir cerita ini. Kamu tak punya hak untuk menebak, begitu juga aku.

Friday, July 17, 2015

Sedang dalam merindukanmu

Hai Kamu? Iya kamu. Baiknya aku harus memanggilmu dengan sebutan apa? 
Pangeran? dan aku Bidadarimu?
atau Kstaria dan aku Peri kecilmu? 
Ah memikirkan sebuah sebutan saja sulit untukku. Yaudah deh, Tuan tak bernama saja biar misterius :D


Hail Tuan. Pertemuan kita bukan suatu kebetulan. Tahun lalu dimana kau dan aku dipertemukan. Aku berjalan mengarungi hari bersamamu. Aku menghadapi datangmu kepadaku. Kamu mengungkapkan kekagumanmu, akupun juga mengungkapkan kekagumanku. Aku mulai terbiasa bergelut dengan rasa sayang yang mampir di relung-relung hatiku. Kamu seperti nyata untukku. Aku telah menggapaimu. 

Untuk beberapa bulan kebelakang itu kau sudah tunjukkan dunia yang membahagiakan untukku. Aku senang mengenalmu. Aku senang kamu masuk dalam kehidupanku. Aku senang ketika bersamamu aku menjadi diriku sendiri dan kamu menerimanya. Dan yang terpenting, aku bahagia saat kau memperhatikan keluargaku.

Dan saat ini aku sedang dalam keadaan merindukanmu. Aku selalu mempertanyakan apa yang Allah mau, sehingga aku dipertemukan denganmu. Aku melihat sosok dirimu yang tangguh, seiman, menyenangkan, dan selalu mengajarkanku menjadi lebih baik. Seperti sosokmulah yang selama ini kucari. 

Sekarang, Entah bagaimana yang akan kita jalani kedepannya. Kita hanya bisa berharap dan terus berharap mendapat Ridhonya.

Untuk kamu, Tuan tak bernama. 

Terima kasih untuk hari yang penuh warna-warni, penuh hujan dan pelangi, penuh tanya dan misteri. terimakasih untuk percakapan manis dalam setiap pesan singkat kita, dalam setiap sambungan telepon dalam setiap tawa meskipun hanya sekejap. Terimakasih kamu masih di sini, membiarkanku membangun mimpi-mimpi baru walaupun jalan kita memang berbeda, punya jalan masing-masing.