Laman

Tuesday, June 23, 2015

Afwan, Aku Merindukanmu.



Halo. Selamat datang kembali di alam mimpiku. Menyenangkan rasanya bisa kembali mendengar lembutnya suaramu menyapa gendang telingaku. Nampak begitu nyata untuk sebuah mimpi, tapi nampak terlalu berharap untuk sebuah nyata.

Nyatanya, Sudah sejauh mana langkahmu pergi? Sudah berjalan jauh? Atau malah berlari? Memudarkan rasa yang pernah ada. Sebenarnya aku malu mengatakan ini, aku baru setengah dari langkahku, belum jauh dan mungkin belum bisa. Apa kamu tau? Tadi pagi aku baru saja menulis harapan. Aku menulis itu ketika namamu yang selalu kuucap dalam doaku. 

Tahukah kamu, sampai detik ini aku masih mengingatmu, masih terasa begitu jelas senyum terakhir yang kamu beri untukku. Matamu, yang menjadi salah satu alasan aku menyayangimu masih sangat jelas di otakku. Terkadang aku marah dan kesal pada diriku sendiri, harusnya aku tak merindukanmu.

Tak kusangka, cerita kita hanya sampai ini. Tapi aku percaya dimana kita akan menemukan indah pada waktunya meskipun tak lekas kudapati waktu indah itu. Sebenarnya aku memang terluka tapi tak seharusnya aku merindukanmu. Meskipun aku yang mengakhiri, tahukah kamu apa yang terjadi padaku? Aku merasa menjadi tak bersemangat. Bila orang di sekitarku bertanya tentang dirimu dan bibirku tak mampu berucap, hanya tetesan air mata yang dapat menjawab. 

Dalam tulisanku, aku hanya ingin mengatakan kalau aku ingin bertemu kamu. Ingin sekali rasanya melihat senyumu, mendengar suaramu dalam nyata, dan menyapamu bukan hanya dalam ilusi semata.

Kalau sekarang aku belum bisa menyapamu dalam nyata, semoga suatu saat nanti Allah mempertemukan aku dengan kamu. Ketika saat yang sama aku sudah tak merindukanmu, aku sudah bisa melepaskan kamu. Dan kamu bukanlah satu-satunya yang ku lihat dalam pejamku sebelum tidur.

Maafkan aku yang selalu menulis kisah kita yang mungkin kamu anggap berlebihan, karena tidak semua yang aku rasakan harus ku katakan, bila memang dengan tulisan sudah mewakili perasaanku. aku yang tak dapat lagi menyembunyikan sedemikian perasaanku yang seharusnya tak berkembang sejauh ini. Seharusnya aku menyadari kalau kamu adalah lelaki ramah yang mau memberi perhatian kepada semua orang. Seharusnya aku bisa mengendalikan perasaanku agar tak berharap sejauh ini. Seharusnya aku terus mencengkram rem itu tanpa melepaskannya.  

Aku hanya bisa merindukanmu mungkin disini dan memang rasa yang aku miliki ini memang tercipta hanya untuk sebatas merindukanmu dan aku sangat menghargai perasaanku dan juga cerita indah yang selalu kamu berikan untukku.

Aku ingin semuanya berlalu begitu saja, aku ingin semuanya mengalir indah tak terencana. Tapi kini, bayangmu ternyata tak pernah hilang dari fikiranku.. Aku ingin terbang jauh, ke tempat dimana tak ku bisa lagi mengenang semua tentangmu. Tapi semakin ku mencoba, semakin berat tuk melepaskanmu.

Kini, aku sadar ketika mimpi-mimpi disetiap malamku masih tentang dirimu. Aku merindukanmu, Afwan aku merindukanmu.

Semoga seperti yang kamu bilang, “rasa yang sama, kita rasain.”