Halo.
Selamat datang kembali di alam mimpiku. Menyenangkan rasanya bisa kembali
mendengar lembutnya suaramu menyapa gendang telingaku. Nampak begitu nyata
untuk sebuah mimpi, tapi nampak terlalu berharap untuk sebuah nyata.
Nyatanya,
Sudah sejauh mana langkahmu pergi? Sudah berjalan jauh? Atau malah berlari?
Memudarkan rasa yang pernah ada. Sebenarnya aku malu mengatakan ini, aku baru
setengah dari langkahku, belum jauh dan mungkin belum bisa. Apa kamu tau? Tadi pagi aku baru saja menulis
harapan. Aku menulis itu ketika namamu yang selalu kuucap dalam doaku.
Tahukah
kamu, sampai detik ini aku masih mengingatmu, masih terasa begitu jelas senyum
terakhir yang kamu beri untukku. Matamu, yang menjadi salah satu alasan aku
menyayangimu masih sangat jelas di otakku. Terkadang aku marah dan kesal pada
diriku sendiri, harusnya aku tak merindukanmu.
Tak
kusangka, cerita kita hanya sampai ini. Tapi aku percaya dimana kita akan
menemukan indah pada waktunya meskipun tak lekas kudapati waktu indah itu.
Sebenarnya aku memang terluka tapi tak seharusnya aku merindukanmu. Meskipun
aku yang mengakhiri, tahukah kamu apa yang terjadi padaku? Aku merasa menjadi tak
bersemangat. Bila orang di sekitarku bertanya tentang dirimu dan bibirku tak
mampu berucap, hanya tetesan air mata yang dapat menjawab.
Dalam
tulisanku, aku hanya ingin mengatakan kalau aku ingin bertemu kamu. Ingin
sekali rasanya melihat senyumu, mendengar suaramu dalam nyata, dan menyapamu
bukan hanya dalam ilusi semata.
Kalau
sekarang aku belum bisa menyapamu dalam nyata, semoga suatu saat nanti Allah
mempertemukan aku dengan kamu. Ketika saat yang sama aku sudah tak
merindukanmu, aku sudah bisa melepaskan kamu. Dan kamu bukanlah satu-satunya
yang ku lihat dalam pejamku sebelum tidur.
Maafkan
aku yang selalu menulis kisah kita yang mungkin kamu anggap berlebihan, karena
tidak semua yang aku rasakan harus ku katakan, bila memang dengan tulisan sudah
mewakili perasaanku. aku yang tak dapat lagi menyembunyikan sedemikian
perasaanku yang seharusnya tak berkembang sejauh ini. Seharusnya aku menyadari
kalau kamu adalah lelaki ramah yang mau memberi perhatian kepada semua orang.
Seharusnya aku bisa mengendalikan perasaanku agar tak berharap sejauh ini.
Seharusnya aku terus mencengkram rem itu tanpa melepaskannya.
Aku hanya bisa merindukanmu
mungkin disini dan memang rasa yang aku miliki ini memang tercipta hanya untuk
sebatas merindukanmu dan aku sangat menghargai perasaanku dan juga cerita indah
yang selalu kamu berikan untukku.
Aku
ingin semuanya berlalu begitu saja, aku ingin semuanya mengalir indah tak
terencana. Tapi kini, bayangmu ternyata tak pernah hilang dari fikiranku.. Aku
ingin terbang jauh, ke tempat dimana tak ku bisa lagi mengenang semua
tentangmu. Tapi semakin ku mencoba, semakin berat tuk melepaskanmu.
Kini,
aku sadar ketika mimpi-mimpi disetiap malamku masih tentang dirimu. Aku
merindukanmu, Afwan aku merindukanmu.
Semoga
seperti yang kamu bilang, “rasa yang sama, kita rasain.”