Pernah
gak kamu bertanya, “Kenapa aku bertahan sampai segininya?” Padahal keadaan gak
memungkinkan lagi, butuh perjuangan hebat untuk bersama.
Kadang,
seseorang gak tau alasan mereka bertahan sejauh itu dan melampaui batasnya.
Ketika
seseorang suka sama orang lain, dia pasti akan mencari tau banyak tentang orang
itu. Gimana kabarnya dia, latar belakangnya, kebiasaannya. Kemudian dia akan
menyesuaikan informasi-informasi tentang dia yang disuka dengan kebiasaan yang
selama ini dia pegang.
Bahkan beberapa orang ada yang memaksakan dan rela
mengalah demi menyesuaikan kebiasaan dengan orang yang disukai itu. Contoh
sederhananya adalah kalau kamu suka sama orang lain, maka apa yang menjadi
kesukaannya adalah kesukaan kamu juga. Misalnya ketika kamu suka orang
dan orang itu suka hobi tertentu, kamu bakal suka (atau mau gak mau mencoba)
suka sama hobi yang sama dengan dia.
Itu
namanya pengorbanan. Kemudian kondisi-kondisi yang sama tadi diartikan sebagai
‘kecocokan’ supaya dia mau sama kamu. Kemudian pada kasus beberapa orang yang
beruntung gak dapet penolakan, hubungan itu diteruskan ke pacaran. Pada masa
itu, bukan berarti semuanya sudah cocok dan baik-baik aja. Selalu ada berantem
atau semacamnya karena adanya ketidaksesuaian. Tapi bagi yang bisa mengelola
keadaan dan berhasil melewatinya, bakal jadi ‘pelajaran penyesuaian’ diri satu
dengan yang lain.
Semakin
lama, semakin banyak ‘pelajaran’ yang dilewati. Semakin mengerti satu sama
lain. Dan ketika semua ketidaksesuaian gak bisa lagi ditolerir, di sinilah
semuanya berawal. Ada dilema datang, mau udahan, atau bertahan.
Dan
seperti yang aku bilang tadi di atas, ada yang memutuskan untuk bertahan tapi
gak tau alasan pastinya. Mungkin sebenarnya mereka bukan gak tau, cuma bingung
yang mana karena alasan itu terlalu banyak atau terlalu samar.
Yang
pasti, alasan mereka untuk bertahan gak akan jauh-jauh dari…
Pengorbanan.
Semua pengorbanan yang dulu dilakuin semata-mata biar kamu sesuai sama dia, gak
mungkin dilepasin gitu aja. Pengorbanan itu berubah menjadi kebiasaan dan
ketika waktunya sudah terlewat, menjadi kenangan yang sulit dilupakan.
Ketika hendak menyerah, ingatlah apa
yang sudah kamu lakukan sampai sejauh ini.
Keengganan
memulai dengan yang baru. Memulai lagi, dari awal lagi, menyesuaikan lagi,
berkorban lagi. Beberapa orang terlalu malas, atau terlalu takut melakukan hal
ini.
Memulai itu gak pernah mudah.
Gak
tergantikan. Orang yang bertahan sampai sebegitunya gak mungkin rasanya kalo
buat orang yang biasa-biasa saja.
Mungkin banyak yang lebih baik dari
dia. Tapi yang sama kayak dia, gak akan ada.
Alasan
terakhir. Katanya, ketika kamu jatuh cinta dengan sangat kepada seseorang, kamu
gak akan tau kenapa. Mungkin alasan itu akhirnya berhasil ditemukan.
Sebuah kata sederhana yang diterapkan dengan rumit, “Sayang”