Maaf, saya gak bisa ngerti kamu. Saya sudah mencoba
mengerti, dengan sisa-sisa nyinyirnya hati saya sekalipun. Saya kenal kamu
sudah lama. Tapi semakin kesini saya merasa asing sendiri. Mungkin pola pikir
saya yang salah. Atau mungkin lapisan dirimu terlalu tebal untuk saya masuki.
Maaf, saya memang payah.
Saya sudah berusaha, meski kamu tak melihatnya.
Sebab saya tidak lebih hebat dari cara kamu mencintai, tolong jangan pandang
rendah perasaan saya. Saya memang sulit terus terang urusan hati, namun
perasaan ini lahir apa adanya untuk kamu. Tidak saya lebih-lebihkan. Sama
seperti kamu, saya tulus mencintai.
Saya lelah, sudah sangat lama. Tapi saya mencintai
kamu. Saya benci mengatakan ini. Saya merasa paling naif, egois. Saya mudah
terluka dengan hal-hal remeh yang kamu perbuat. Saya lebih mengedepankan
perasaan, bahkan jika kamu minta dimengerti, saya akan minta jauh lebih
dimengerti.
Benar saya egois. Urusan apapun minta didahulukan,
tidak peduli jika kamu juga butuh perhatian. Wanita memang terlahir “ganjil”.
Sampai-sampai katanya wanita tidak pernah salah. Jika ada yang salah dari
wanita, berarti lelaki itu yang salah. Sebab ia tak tahu bagaimana cara
menghadapi wanita. Tidak baik sekali, bukan?
Saya gak bisa ngerti kamu. Memahami kamu butuh
seumur hidup. Maka biarkan saya terus belajar memahami kamu. Bahkan jika saya
tak paham-paham, biarkan. Jangan ditinggalkan.