Laman

Wednesday, February 15, 2017

Mencoba mengerti

Maaf, saya gak bisa ngerti kamu. Saya sudah mencoba mengerti, dengan sisa-sisa nyinyirnya hati saya sekalipun. Saya kenal kamu sudah lama. Tapi semakin kesini saya merasa asing sendiri. Mungkin pola pikir saya yang salah. Atau mungkin lapisan dirimu terlalu tebal untuk saya masuki. Maaf, saya memang payah.

Saya sudah berusaha, meski kamu tak melihatnya. Sebab saya tidak lebih hebat dari cara kamu mencintai, tolong jangan pandang rendah perasaan saya. Saya memang sulit terus terang urusan hati, namun perasaan ini lahir apa adanya untuk kamu. Tidak saya lebih-lebihkan. Sama seperti kamu, saya tulus mencintai.


Saya lelah, sudah sangat lama. Tapi saya mencintai kamu. Saya benci mengatakan ini. Saya merasa paling naif, egois. Saya mudah terluka dengan hal-hal remeh yang kamu perbuat. Saya lebih mengedepankan perasaan, bahkan jika kamu minta dimengerti, saya akan minta jauh lebih dimengerti.

Benar saya egois. Urusan apapun minta didahulukan, tidak peduli jika kamu juga butuh perhatian. Wanita memang terlahir “ganjil”. Sampai-sampai katanya wanita tidak pernah salah. Jika ada yang salah dari wanita, berarti lelaki itu yang salah. Sebab ia tak tahu bagaimana cara menghadapi wanita. Tidak baik sekali, bukan?

Saya gak bisa ngerti kamu. Memahami kamu butuh seumur hidup. Maka biarkan saya terus belajar memahami kamu. Bahkan jika saya tak paham-paham, biarkan. Jangan ditinggalkan.