Entah sudah berapa ribu waktu yang
kulalui hanya berdua dengan rindu yang teruntai untukmu. entah kamu sadar atau
tidak, tahu atau tidak, mengerti atau tidak. tapi rasanya cukup bagiku bila kau
sadar akan rinduku. kalaupun kau tak merindu untukku, yasudahlah.
Sampai kapan aku harus menyebut namamu dalam setiap doa? Dalam setiap lipatan tangan dan terkadang sedikit titik airmata, pada akhirnya semua kembali kepada namamu. Jangan-jangan Allah sudah bosan mendengar doaku, apalagi mendengar namamu yang selalu tersebut dan terucap.
Dan bagiku bukanlah hal yang mustahil jika mungkin saat ini sang Waktu sedang mentertawakanku karena aku terlalu terlarut berada di pusaran abu-abu yang entah saat ini akan membawaku kemana. Mungkin waktu sedang menari sambil mengejekku karena aku selalu berpendar pada kamu dan selalu menunggu waktu menghantarkan kamu kepadaku. Atau mungkin waktu juga ikut menunggu bersamaku? Entahlah
Dan sampai kapan, segalanya harus tertahan, memucak, menemui titik terjenuhnya. Atau mungkin kamu ingin aku diam dan mundur perlahan?
Pada akhirnya aku memang harus memilih. Dan pada akhirnya (pula) aku memilih bertahan melawan semua sakitnya.
semua berujung pada satu alasan
di senja itu, rindu kembali bermuara pada satu nama. KAMU..