Rindu, Entahlah apa yang harus aku
lakukan .
Semuanya serba salah, Hanya
berharap ridha Allah .
Saat itu mendung menggulung di langit, gelap di
pagi hari aku hanya menghabiskan waktu di atas tempat tidur menatap foto-foto di
dinding kamar. Entah kenapa mataku tertuju pada fotomu kawan. Angin berhembus
melalui sela-sela jendela perlahan. Aku kembali menarik selimut entah yang
keberapa. Sunyi sekitarku, tanpa suara, tanpa intrupsi. Lamunanku pun mengarah
padamu kawan.
Entah apa yang pada akhirnya membuatku seperti
ini. Penuh sesel dan duka di diri. Kau yang menyambutku pertama dengan
kebodohanku, mengajarkan banyak hal pada ku. Tentu saja termasuk rasa sakit.
Membelajarkanku dengan cara mu. Istimewa terasa
sekarang. Aku merasa terjaga bersama mu. Belajar bersamamu dan bercerita
bersamamu. Aku sangat merindukanmu kini. Sangat.
Setelah semua ini, kesunyian ini, kegelapan ini
pantas untuk diri ini, kawan. Namun, izinkan aku tetap berkata terima kasih
padamu, dan aku merindukanmu karna Allah. Karna Allah itulah cerita ini
dimulai, pelangi dan pilu ini tercipta. Aku Merindukanmu.
Ada satu masa di mana kita melebur jadi satu,
mengabaikan perkataan orang-orang di sekitar kita. Indah, menenangkan, dan
nyaman.
Namun, aku bisa apa jika semuanya menghilang. Aku
menyendiri, kau sibuk dengan dunia sendiri .
Kawan, aku merindukanmu.