Apa yang bikin kamu yakin sama dia?
Mungkin pertanyaan itu akan sering dihadapi oleh orang-orang yang mau
menikah, baru menikah, atau sudah sekian lama menikah. Ya kalaupun
tidak sering, mungkin satu atau dua kali.
Saya sendiri juga pernah menanyakan hal yang serupa kepada
sahabat-sahabat saya yang mau menikah. Kebanyakan dari mereka biasanya
menjawab hal yang paling esensial, seperti “Ya dari semua hubungan-hubungan aku selama ini, dia yang paling mengerti aku.” atau “Ya aku sama dia pacaran udah lama, keluarga udah saling dekat dan saling restu.”
Tiap-tiap orang punya alasannya sendiri. Tiap-tiap pasangan punya
ceritanya sendiri. Itu juga yang membuat jawaban tiap orang menjadi
berbeda.
Ada yang bilang, perkara jodoh, kita akan tahu begitu bertemu. When it times, it times. When you know, you know. Tapi
saya tidak pernah puas dengan jawaban itu. Apa mungkin kita akan
langsung tahu begitu melihat seseorang? Apa mungkin kita akan langsung
yakin saja, tanpa pertanyaan dan tanpa keragu-raguan?
Entahlah. Kalau pertanyaan itu diajukan kepada saya, saya mungkin
juga akan bingung menjawab kenapa saya merasa yakin saat saya menyayangi
seseorang.
Entah karena saya memang terlahir dengan bawaan melankolis dan hopeless romantic, atau memang karena hati saya lebih berfungsi dari otak saya (metaphorically speaking, of course), biasanya begitu saya jatuh hati kepada seseorang, saya jatuh hati dengan teramat sangat.
Kalau boleh mengutip John Green di novel The Fault In Our Stars, “I fell in love the way you fell asleep: slowly, and then all at once.”.
Mungkin seperti itu pula proses kimiawi yang terjadi dalam seluruh
sendi-sendi saya ketika jatuh hati. Seluruhnya, tidak pernah sebagian.
Sepenuhnya, tidak pernah setengah-setengah.
Seumur hidup, saya kali ini benar-benar jatuh hati. Pacaran
(atau gebet-gebetan) memang lebih dari satu kali, biasanya hanya masuk hitungan sebagai “suka”.
Dan waktu jatuh cinta itu, jika ditanya apakah yakin atau tidak, maka jawabannya adalah saya yakin. Kalau sudah jatuh cinta, saya akan
ingin serius berhubungan. Pelan-pelan saya pasti bisa melihat orang yang
saya sayangi itu di masa depan saya. Tidak buru-buru, melainkan
bertahap. Kalau sudah jatuh cinta, dia akan saya perkenalkan kepada Allah lebih dulu. Dia akan ada dalam daftar harapan, pikiran, dan
doa-doa saya setiap hari, persis di urutan kedua setelah orangtua, tepat
sebelum saya kemudian mendoakan diri saya sendiri lalu mengenai
hubungan kita.
Kemudian, perlahan akan ada bayangan-bayangan masa depan yang muncul.
Seperti bagaimana jika kami bertumbuh menua bersama, bagaimana jika dia
nanti saya perkenalkan ke keluarga saya, sampai bagaimana jika nanti
dia menjadi ayah untuk anak-anak saya. Di saat seperti inilah biasanya
saya baru sadar bahwa saya sudah jatuh hati seluruhnya.
Bayangan-bayangan akan masa depan itu seakan respon refleks dari otak
sebagai efek dari proses kimiawi di hati saya. Pokoknya, kalau sama
sekali tidak ada bayangan seperti itu, artinya saya hanya sekedar suka.
Jadi kalau ada pertanyaan “Apa yang bikin kamu yakin sama dia?”
diajukan kepada saya, jawaban saya sudah pasti, “Karena saya sayang sama
dia, dan hati saya berkata demikian”. Terus terang, jawaban ini tidak
masuk akal untuk kebanyakan orang. Bahkan kadang untuk diri saya sendiri
sekalipun.
Kata orang, alasan di balik ‘keyakinan’ kita kepada seseorang justru
lebih penting dari perasaan cinta itu sendiri. Kata orang, cinta tidak
bisa dipakai buat beli rumah, bayar sekolah anak, atau jadi penjamin
tidak akan berpisah setelah menikah. Kata orang, tentang jodoh dan
pernikahan, sebuah ‘keyakinan’ harus punya alasan yang kuat.
Dia harus bisa membuat kita aman dan nyaman.
Dia harus setia dan bisa dipercaya.
Dia harus begini, dia harus begitu.
Tidak salah, tapi bagi saya itu juga tidak sepenuhnya benar.
Bagi saya, cinta yang sungguh-sungguh dan rasa yakin akan datang
bersamaan. Saya yakin karena saya cinta. Tapi tentunya perasaan ini
harus saling berbalasan dari dua orang, tidak bisa jika hanya dari saya
sendiri saja.
Saat ini, saya sedang jatuh cinta. Kalau ditanya saya yakin atau
tidak, saya insyaAllah yakin. Tapi perkara dia yakin pada saya atau tidak, insyaAllah yakin. Kadang sebagai manusia kita hanya bisa berserah pada waktu.
Doa saya, semoga saya bisa jadi seseorang yang layak, yang cukup baik,
untuk membuat seseorang menjadi yakin. Karena setahu saya, cinta yang
sungguh-sungguh dan rasa yakin akan datang bersamaan.
Yang saya percaya, Allah menciptakan perasaan cinta dengan luar
biasa. Karena jika kita mencintai seseorang, apakah kita tidak dengan
sendirinya merasa aman dan nyaman juga berusaha membuatnya merasakan hal
yang sama? Karena jika kita mencintai seseorang, bukankah kita dengan
sendirinya akan menjadikan diri kita orang yang setia dan bisa
dipercaya?
Kalau sudah saling cinta dengan sungguh-sungguh, bukannya akan yakin dengan sendirinya tanpa harus menimbang ini-itu?
Entahlah. Saya belum akan menikah dalam waktu dekat, mungkin saya juga salah.
Yang saya percaya, cinta diciptakan supaya manusia bisa menjadi versi paling baik dari dirinya sendiri.
-
Untuk kamu.
Dalam setiap keinginan untuk meyakinkan.