Aku
menatap sesuatu yang tak kau lihat. Aku mendengar sesuatu yang tak kau dengar.
Aku merasakan sesuatu yang tak kau rasakan.
Masih
tentang hal yang sama. Aku belum ingin ganti topik. Tentang dia. Seseorang yang
selalu ku perbincangkan sangat lama bersama-Mu. Seseorang yang selalu kusebut
dalam setiap frasa kata ketika aku bercakap panjang dengan-Mu. Tentang dia.
Aku
tidak peduli pada kedekatan kita yang semakin hari semakin tidak jelas ini.
Kedekatan yang kian hari kian tak kupahami.
Semua
kulakukan diam-diam. Begitu tertata rapih. Semua kusembunyikan. Hingga
perasaanmu yang terkadang tak peka tetap saja tak peduli pada degupan hati yang
jarang tertangkap oleh hatimu. Aku pandai menyembunyikan banyak hal hingga kau tak
memahami yang sebenanarnya terjadi.
Tapi
aku selalu ingat perkataanmu, "Kenapa tidak mungkin?". Aku tersenyum
ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku.
Namun
aku takut. Takut. Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tidak
kuinginkan. Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang kuduga benar
adalah hal yang salah. Tolong kembalikan aku kejalanku yang dulu, sebelum aku
mengganggu rute tujuanmu.
Ketahuilah,
Sholeh. Tak ada yang tahu, kapan pertemuan menjadi penyebab penyatuan dan
bahkan kapan perpisahan menjadi penyebab kegelisahan. Aku menjalani, kamu
meyakini, namun pada akhirnya waktu juga yang akan menentukan akhir cerita ini.
Kamu tak punya hak untuk menebak, begitu juga aku.