Laman

Saturday, July 25, 2015

Sepenggal lamunanku



Aku menatap sesuatu yang tak kau lihat. Aku mendengar sesuatu yang tak kau dengar. Aku merasakan sesuatu yang tak kau rasakan.

Masih tentang hal yang sama. Aku belum ingin ganti topik. Tentang dia. Seseorang yang selalu ku perbincangkan sangat lama bersama-Mu. Seseorang yang selalu kusebut dalam setiap frasa kata ketika aku bercakap panjang dengan-Mu. Tentang dia.

Aku tidak peduli pada kedekatan kita yang semakin hari semakin tidak jelas ini. Kedekatan yang kian hari kian tak kupahami. 

Semua kulakukan diam-diam. Begitu tertata rapih. Semua kusembunyikan. Hingga perasaanmu yang terkadang tak peka tetap saja tak peduli pada degupan hati yang jarang tertangkap oleh hatimu. Aku pandai menyembunyikan banyak hal hingga kau tak memahami yang sebenanarnya terjadi.

Tapi aku selalu ingat perkataanmu, "Kenapa tidak mungkin?". Aku tersenyum ketika barisan kalimat itu kau kirimkan untukku. 

Namun aku takut. Takut. Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tidak kuinginkan. Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang kuduga benar adalah hal yang salah. Tolong kembalikan aku kejalanku yang dulu, sebelum aku mengganggu rute tujuanmu.

Ketahuilah, Sholeh. Tak ada yang tahu, kapan pertemuan menjadi penyebab penyatuan dan bahkan kapan perpisahan menjadi penyebab kegelisahan. Aku menjalani, kamu meyakini, namun pada akhirnya waktu juga yang akan menentukan akhir cerita ini. Kamu tak punya hak untuk menebak, begitu juga aku.