Waktu senja mulai datang menyapa.
Perlahan membunuh angkuhnya terik sang surya. Aku masih ingat, ketika wajahmu
ku tatap lekat-lekat. Berharap waktu agar berjalan lebih lambat. Sebab, entah
kenapa, setiap aku sedang bersamamu, waktu terasa begitu cepat berlalu. Hal itu
juga yang kadang membuatku ingin menyumpahi sang waktu.
Hari ini, aku ingin mengundangmu.
Jangan takut. Aku tidak akan pernah mengajakmu untuk mengulang. Aku hanya ingin
mengenang kembali, masa-masa indah kita ketika menikmati senja.
Kita pernah menikmati senja
berdua. Menghabiskan waktu melihat langit yang berwarna jingga. Atau, hanya
sekedar bercerita, bercanda, lalu tertawa bersama. Terkadang, lelucon yang aku
buat, mampu membuatmu tertawa lepas. Kau tahu? Hal yang paling aku sukai
adalah; ketika aku mampu membuatmu tertawa dengan hal-hal yang sederhana.
Pernah juga, seandainya kita
bosan menikmati senja dengan hanya duduk berdua, kita memutuskan untuk
jalan-jalan tanpa tujuan. Mengitari setiap sudut jalan, sambil sesekali tertawa
bersama. Menikmati senja di tengah riuhnya kota ketika senja tiba, melihat
kendaraan lalu lalang, melihat orang-orang kantoran yang bergegas ingin pulang.
Tak jarang aku bercerita tentang hal-hal yang mungkin tidak penting. Tapi kamu
selalu mendengarkan semua kata yang aku keluarkan. Sungguh, waktu itu aku
merasa sangat bahagia.
Hari ini, aku kembali menikmati
senja. Tak ada yang berubah dari senja. Langit tetap berwarna jingga merona.
Semesta tetap memperlihatkan betapa indahnya ciptaanNya. Hanya saja, sekarang
tidak ada lagi kita. Aku menikmati senja sendiri, tanpa ada lagi kamu disini.
Tak bisa aku pungkiri memang seperti ada yang kurang. Oleh karena itu aku
sengaja mengundangmu. Hanya sesaat saja.
Setelah ini, aku akan
menganggapmu tak ubah layaknya seperti senja. Yang datang sesaat ketika semua
orang sedang penat. Yang hadir sekejap, lalu hilang di telan gelap. Aku akan
tetap menikmati senja, walau tak lagi bersama kita.