Hai blog sudah lama tidak bersua. Ya, maklum akhir-akhir ini banyak yang harus saya kerjakan. Tapi di sela-sela kesibukan saya ingin mengutarakan pengalaman saya muncak gunung. Sebenernya saya sudah sering muncak gunung, tapi belum sampai harus berkemah disana.
Seperti biasa, cuma diawali dari celotehan
dikelas. langsung ada beberapa yang respon dan singkat cerita terkumpullah 10
orang yang mau berpartisipasi pada tanggal 07-08 September 2014 untuk menjajaki
salah satu gunung di kawasan Bandung Timur ini, yang berbatasan dengan
Kabupaten Sumedang, Gunung Manglayang. Gunung ini merupakan rangkaian
dari gunung-gunung yang berkaitan dengan Legenda Sangkuriang (Burangrang – Tangkuban Perahu – Bukit Tunggul – Gunung Manglayang)
dan merupakan gunung yang terendah diantara 4 gunung tersebut.
Untuk jalur pendakian, jalur yang biasa digunakan
adalah jalur pendakian dari Bumi Perkemahan Batu Kuda. Perjalanan awal kami
dimulai dari jam 16.00 dari cipadung cibiru hingga sampai di batu kuda sekitar
jam 18.00. Perjalanan ini menghabiskan waktu 2 jam untuk sampai dibumi
perkemahan batu kuda. sesampainya di Gerbang Batu Kuda kami membayar tiket
masuk sebesar 5.000/orang.
Kami Istirahat sejenak di batu kuda. Untuk berkemah
disana menunggu dini hari. Jam 03.00 kami bangun dan bersiap-siap untuk meneruskan
perjalanan menuju puncak yang sesungguhnya. Kami bersepuluh ini tidak ada yang
tau arah jalan menuju puncak yang mana. Dengan sesuai hati kami, kami menunjuk
lurus saja karena lewat mana pun kita akan sampai dipucak. Diperjalanan kami
hanya ada 4 senter, itu pun dari handphone.
Diperjalanan banyak sekali jalan cagak yang
membingungkan untuk meneruskan perjalanan, tetapi kami tetap meneruskan
perjalanan dengan mensurvei dulu jalan yang benar untuk menuju puncak. Tak mau
pikir panjang, kami ambil saja jalur “sini”. Tendensi kata “sini” kan lebih
dekat. Hehe.
Setengah
jam berjalan, trek mulai aneh. Trek ini dikelilingi dengan pohon bambu dan ada sebagian
dari kita yang melihat makhluk yang berbeda dimensi dengan manusi. Ini tidak
seperti trek hiking biasa! Kenapa sampai perlu memanjat tebing tanah yang
demikian rapuh? Ini kenapa hiking sampai perlu pakai pull up tangan segala ?
Kami memanjat benar-benar hampir kemiringan 60-80 derajat dengan bantuan
tarikan dari juluran cabang-cabang pohon yang lebih atas. Ada kalanya saya
terpleset dengan menyisakan sebelah tangan.
Bila
tidak berhati-hati, kadang-kadang juluran cabang adalah justru dari pohon penuh
duri. Meski sudah dicoba dihindari, sayatan duri ke kulit sering terjadi karena
sulitnya medan. Darah mengucur dari sela-sela sayatan. Bahkan suatu ketika,
saya sempat menggenggam batang duri yang segera dilepaskan secara reflek, tapi
hasilnya tetap menyisakan luka-luka tusukan di telapak. T_T
Setelah
3.5 jam, akhirnya kami menemukan jalan normal. Jalan ini adalah jalan
ditengah-tengah puncak utama dan puncak bayangan. Karena ingin cepat sampai,
tak mau berfikir panjang kami lanjutkan perjalan menuju puncak utama.
Sampailah
kami dipuncak utama. Perjalanan ini mencapai 4 jam, yang seharusnya 2 jam itu
sudah berada di puncak utama. Kekesalan pun tiba saat kami tidak melihat
sunrice dan di puncak utama manglayang kami tidak melihat indahnya bandung
karena ternyata pemandangan yang bagus itu di puncak bayangan. Akhirnya kami
akan merencanakan pendakian kembali untuk melihat sunrice. Sungguh
pengalaman yang berharga walaupun badan ini sekarang jadi pegel-pegel juga
disertai beberapa luka lecet yang menjadi cinderamata.
Jangan menyerah, jangan putus asa,
karena tiap perjalanan pasti akan ada ujungnya, tinggal kita yang memilih mau
ujung yang seperti apayang kita pilih.