Tulisan
ini terinspirasi dengan Film “Manusia Setengah Salmon-Raditya Dika”
Move
on itu seperti perpindahan karena tak pernah memandang seberapa lama dan seberapa betah kita dengan
sesuatu yang sebelumnya, dan tak pernah peduli seberapa besar keinginan kita
untuk memulai dengan sesuatu yang baru. Tapi itu harus terjadi, karena tanpa
perpindahan hidup ini akan tetap 'jalan ditempat' dan tidak akan 'maju'.
Hidup kita
penuh dengan perpindahan. Berpindah tempat, berpindah usia, berpindah hati,
berpindah apa saja. Selama kita masih mengendarai roda takdir, dan
menggelinding dalam semesta yang Allah ciptakan. Selama itu pula kita akan
terus berpindah.
Berpindah
bukan berarti harus pindah dari satu orang ke orang lainnya, tapi juga bisa
diartikan berpindah dari satu perasaan ke perasaan lainnya. Perasaan untuk
menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu, tak perduli dengan
siapa kita bersanding saat itu.
Berpindah
butuh waktu. Berpindah butuh tempat. Kapanpun, Dimanapun. Kita, manusia,
sebagai bidak di atas papan catur yang takdir permainkan. Petak-petak itu
ibarat tempatnya. Kita, manusia yang mengisi petak-petak itu dengan kenangan,
bersama manusia lain tentunya. Semuanya terbingkai. Senyum, tangis, tawa.
Dibingkai lalu ditempelkan di dinding-dinding kamar, juga di dinding-dinding
hati. Buku album tebal tentang kenangan. Menunggu untuk dibuka kembali. Menanti
waktu yang tepat untuk dikenang lagi.
Manusia itu
makhluk kenangan. Entah dengan apa manusia berpijak, selain kenangan yang
ditumpuk-tumpuk menjadi setapak jalan. Setapak jalan yang mengarah ke arah yang
sama. Masa depan. Setapak jalan yang bernama garis takdir dan setiap manusia
pasti memilikinya. Seperti garis sumbu dari suatu kartesius, koridor-koridor
itu terkadang saling bersingungan. Saling mendekat, bertemu, tetapi berpotongan
lalu saling menjauh. Terkadang, garis-garis itu tak pernah bersingungan sama
sekali. Entahlah, semua punya persamaan matematikanya sendiri. Semua punya
kurva kehidupan masing-masing.
Setiap manusia pasti mengalami fase perpindahan
dalam hidupnya. Ini adalah takdir setiap manusia untuk menjalani hidupnya.
Hukum alam selalu berlaku, siapa yang bertahan dan kuat dia pemenangnya karena perjuangan untuk pindah adalah
perjuangan untuk melupakan.
Memang, hidup itu penuh dengan ketidakpastian,
tetapi perpindahan adalah salah satu hal yang pasti. Kalo perpindahan
diidentikan dengan kepergian, kesedihan menjadi sesuatu yang mengikutinya. Kita
sering berpikir kepergian adalah perpisahan, sehingga merasa sedih melepas
hal-hal yang diakrabi, hal-hal yang selama ini membuat kita senang dan nyaman.
Akhirnya, melakukan perpindahan ke tempat yang baru membuat kita dihantui rasa
cemas. Padahal untuk melakukan pencapaian lebih, kita tak bisa hanya bertahan
di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan lebih baik yang bisa didapatkan tanpa
melakukan perpindahan. Mau tak mau, kita harus seperti ikan salmon. Tidak takut
pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya. Bahkan, rela mati
ditengah jalan demi mendapatkan apa yang diingikannya.
Saya selalu mengingat kata-kata “What is
truly yours would eventually be yours”. Kata-kata tersebut membuat saya
berpikir: Jika dia memiliki
sesuatu/seseorang yang memang sudah ditakdirkan menjadi milik dia, sampai
kapanpun akan menjadi milik dia atau
sesuatu yang berasal pada suatu tempat, pada akhirnya akan kembali ketempat
asalnya lagi.
Seperti ikan salmon yang berasal dari sungai,
meskipun mereka berpindah menyusuri berbagai perairan pada akhirnya akan
kembali ke sungai. Kemudian untuk dua orang yang memang berjodoh, sejauh dan
selama apapun mereka dipisahkan, pada akhirnya mereka akan dipertemukan
kembali, sama seperti Adam dan Hawa yang dipisahkan dengan jarak yang sangat
jauh dan waktu yang sangat lama, pada akhirnya mereka akan dipertemukan
kembali. Begitu pun dengan kita (makhluk hidup) yang berawal diciptakan oleh
Alloh, pada akhirnya akan dipulangkan kembali kepada-Nya.
Untuk
mendapatkan sesuatu, kita harus melepaskan sebagian. Untuk membuat kenangan
yang baru, kita harus melupakan yang telah lalu. Berhentilah menimbun kenangan,
yang memperlambatmu berjalan. Runtuhkanlah. Bangunlah jalan untukmu dan
mulailah berjalan.
Perpindahan memang tidak
selamanya menyenangkan, tidak selamanya indah dan menjadi solusi. Tapi dengan
perpindahan kita dapat menjadikan tempat kita berlabuh untuk berpijak yang
lebih baik dari tempat sebelumnya.
Maka harus berani pindah!