Saat pulang, sendiri dan hujan. Tiba-tiba saya teringatkan
tanggal 1 februari. Sebenarnya tak ada yang istimewa di tanggal itu dan tak
berharap ada yang mengingatnya tapi entah karena alasan apa tahun ini saya
mengharapkan kalian semua ada didekat saya (Keluarga, Kaka, Ade dan Sahabat)
Memingat hari itu. Subuh itu seperti biasanya saya hendak
melihat handphone dan media sosial, banyak doa untuk saya. Tapi belum ada satu
orangpun yang saya harapkan. Hari itu saya berangkat kuliah pagi, kulihat
suasana rumah begitu ramai dengan kesibukan masing-masing.
Berangkat kuliah, tak ada satu orang rumah pun yang mengucapkan
doa dengan lisan. Pagi itu sangat kelabu bahkan seseorang yang sudah saya
anggap kaka sendiri diam-diam saja tanpa berbicara apapun meskipun berada
disamping saya.
Sebelum hari itu, saya sudah tau bahwa hari itu akan seperti
ini di rumah karena dari kecil milad bukan merupakan hal yang istimewa bagi
saya mungkin demikian juga bagi adik adik saya. Yeaaaaah, karena milad biasanya
identik dengan perayaan atau paling tidak ada cake, tiup lilin atau kado. Hmm
tapi tidak demikian dengan saya.
Saat kuliah, alhamdulillah beberapa orang mengingatnya tapi
masih belum ada satu orangpun yang saya harapkan. Keluar kelas saya hendak
menuju lantai 2, didepan jurusan sudah ada husni dan kazet. Berbincang-bincang
sedikit, tiba-tiba kazet memberi brownies dengan mengucapkan selamat, doa dan
maaf karena lilinnya gak ada :D terimakasih ya jelek. Hmm berharap doa dari sahabatku husni, dianya malah
diam tanpa kata dan senyum-senyum.
Pada saat itu handphone menggetar, ternyata ada ucapan sangat singkat dari ade dan saat itu juga saya melihat sahabat-sahabat saya turun ke lantai 1 untuk pulang. Mungkin mereka ada hal yang lebih penting. Hati berbicara, Alhamdulillah masih ada mereka berdua.
Pada saat itu handphone menggetar, ternyata ada ucapan sangat singkat dari ade dan saat itu juga saya melihat sahabat-sahabat saya turun ke lantai 1 untuk pulang. Mungkin mereka ada hal yang lebih penting. Hati berbicara, Alhamdulillah masih ada mereka berdua.
Siang menjelang sore sekitar ba’da ashar rencananya kita
bertiga akan pulang sehingga bergeges menuju lantai 1, tapi tiba-tiba kahim
himasaifi yang baru (a sapto) tidak
membolehkan kita pulang karena ada rapat penting dengan demisoner. Alhasil kita
bertiga duduk kembali di lantai 1 dengan a sapto, a annas, a sofyan, maspur dan
teh iam. Berbincang bincang sambil menunggu waktu rapat, teringat dengan
brownies pemberian kazet itu, sehingga pada saat itu browniesnya di potong. Dan
berdatangan ucapan selamat dan doa dari mereka yang tak pernah saya kira bahwa
mereka yang ada pada hari itu. Selesai rapat, saya dan yang rapat malah ditraktir
makan sama a annas. Kan aneh, Hahahaha :D
Sesampai dirumah, duduk manis sambil membuka sosial media ternyata
ada ucapan doa dari sahabat saya. Alhamdulillah masih mengingatnya. Pada saat
itu juga adik kecil menuju kamar saya dan terdengar lantang ditelinga saya
ucapan “Selamat ulang tahun kaka”.
Langsung lari, pergi weh anak kecil itu. Hahahahaha :D
Walaupun dengan perasaan sedih karena yang diharapkan tidak
semua ada, tetap saya jalani hari itu. Dan tak ada keberanian lagi untuk berharap
sesuatu yang indah di tanggal itu. Dari situlah saya memahami akan hikmah hari kelahiran, tanpa ucapan dan
perayaan yang menyertainya. Saya mencoba bersikap biasa-biasa saja ketika hari kelahiraan
tiba, saya hanya mampu merenung dan bersyukur atas apa yang Allah berikan
kepada saya di tahun kemarin, serta ingin rasanya berusaha keras menutup
kekurangannya di tahun depan.
Semoga Barakallah usiaku ini dan yang terbaik dari Allah SWT. Amiin