Laman

Wednesday, March 5, 2014

Hujan dan 1 Februari



Saat pulang, sendiri dan hujan. Tiba-tiba saya teringatkan tanggal 1 februari. Sebenarnya tak ada yang istimewa di tanggal itu dan tak berharap ada yang mengingatnya tapi entah karena alasan apa tahun ini saya mengharapkan kalian semua ada didekat saya (Keluarga, Kaka, Ade dan Sahabat)
 
Memingat hari itu. Subuh itu seperti biasanya saya hendak melihat handphone dan media sosial, banyak doa untuk saya. Tapi belum ada satu orangpun yang saya harapkan. Hari itu saya berangkat kuliah pagi, kulihat suasana rumah begitu ramai dengan kesibukan masing-masing. 

Berangkat kuliah, tak ada satu orang rumah pun yang mengucapkan doa dengan lisan. Pagi itu sangat kelabu bahkan seseorang yang sudah saya anggap kaka sendiri diam-diam saja tanpa berbicara apapun meskipun berada disamping saya.

Sebelum hari itu, saya sudah tau bahwa hari itu akan seperti ini di rumah karena dari kecil milad bukan merupakan hal yang istimewa bagi saya mungkin demikian juga bagi adik adik saya. Yeaaaaah, karena milad biasanya identik dengan perayaan atau paling tidak ada cake, tiup lilin atau kado. Hmm tapi tidak demikian dengan saya.


Saat kuliah, alhamdulillah beberapa orang mengingatnya tapi masih belum ada satu orangpun yang saya harapkan. Keluar kelas saya hendak menuju lantai 2, didepan jurusan sudah ada husni dan kazet. Berbincang-bincang sedikit, tiba-tiba kazet memberi brownies dengan mengucapkan selamat, doa dan maaf karena lilinnya gak ada :D terimakasih ya jelek. Hmm berharap doa dari sahabatku husni, dianya malah diam tanpa kata dan senyum-senyum. 

Pada saat itu handphone menggetar, ternyata ada ucapan sangat singkat dari ade dan saat itu juga saya melihat sahabat-sahabat saya turun ke lantai 1 untuk pulang. Mungkin mereka ada hal yang lebih penting. Hati berbicara, Alhamdulillah masih ada mereka berdua. 

Siang menjelang sore sekitar ba’da ashar rencananya kita bertiga akan pulang sehingga bergeges menuju lantai 1, tapi tiba-tiba kahim himasaifi yang baru (a sapto)  tidak membolehkan kita pulang karena ada rapat penting dengan demisoner. Alhasil kita bertiga duduk kembali di lantai 1 dengan a sapto, a annas, a sofyan, maspur dan teh iam. Berbincang bincang sambil menunggu waktu rapat, teringat dengan brownies pemberian kazet itu, sehingga pada saat itu browniesnya di potong. Dan berdatangan ucapan selamat dan doa dari mereka yang tak pernah saya kira bahwa mereka yang ada pada hari itu. Selesai rapat, saya dan yang rapat malah ditraktir makan sama a annas. Kan aneh, Hahahaha :D

Sesampai dirumah, duduk manis sambil membuka sosial media ternyata ada ucapan doa dari sahabat saya. Alhamdulillah masih mengingatnya. Pada saat itu juga adik kecil menuju kamar saya dan terdengar lantang ditelinga saya ucapan “Selamat  ulang tahun kaka”. Langsung lari, pergi weh anak kecil itu. Hahahahaha :D

Walaupun dengan perasaan sedih karena yang diharapkan tidak semua ada, tetap saya jalani hari itu. Dan tak ada keberanian lagi untuk berharap sesuatu yang indah di tanggal itu. Dari situlah saya memahami akan hikmah hari kelahiran, tanpa ucapan dan perayaan yang menyertainya. Saya mencoba bersikap biasa-biasa saja ketika hari kelahiraan tiba, saya hanya mampu merenung dan bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada saya di tahun kemarin, serta ingin rasanya berusaha keras menutup kekurangannya di tahun depan. 

Semoga Barakallah usiaku ini dan yang terbaik dari Allah SWT. Amiin

Terimakasih banyak do’anya, semoga doa kalian untuk kalian juga :) Amin