Saat terjadi sesuatu yang baik, rasanya mudah saja untuk
mengatakan 'memang sesuatu terjadi karena sebuah alasan'. Berbeda jika hal itu
adalah buruk dan menjengkelkan, tiada henti-hentinya kita menanyakan 'mengapa
ini terjadi?'. Tidak hanya peristiwa, orang yang kita temui setiap harinya juga
hadir karena sebuah alasan; dan alasan itu selalu positif jika kita mau
berpikir secara proses, tidak hanya dari hasilnya saja.
Seringkali kita harus berhadapan dengan situasi yang
menyakitkan, dan merasa bertemu dengan orang-orang yang salah. Sebagian orang
memilih untuk melupakan dan tidak mau tahu dengan hal-hal buruk itu, sementara
sebagian lainnya tidak bisa menerima keadaan dengan menuntut ganti rugi dan
meluapkan kemarahan atau membalas dendam. Berapa banyak orang yang bisa
berdamai dengan rasa sakit dan menyadarinya sebagai suatu proses?
Rasa sakit, kesedihan dan kekecewaan bukanlah sesuatu untuk
dilupakan, tidak juga untuk dihilangkan dengan menuntut balas. Cara yang
terbaik untuk melaluinya adalah dengan menerima dan mengolah rasa yang
merugikan ini menjadi sesuatu yang membangun diri. Bahkan hal buruk pun
sebenarnya ikut membentuk pola pikir dan kebijaksanaan seseorang dalam
menghadapi sesuatu.
Berinteraksi dengan orang yang salah akan menimbulkan kekecewaan
dan juga kerugian. Namun orang itu juga mengingatkan kita agar tidak berlaku
yang sama pada orang lain. Dia menjadi jalan bagi kita untuk belajar bagaimana
harus bersikap di saat kecewa dan jengkel. Keimanan dan prinsip hidup
benar-benar diuji dalam hal yang demikian, membentuk kita menjadi
pribadi-pribadi yang lebih matang.
Sahabat, Mungkin kita bisa mengambil
hikmah, bahwa Allah mengabulkan doa kita dengan 3 cara:
- Apabila Allah mengatakan YA, maka kita mendapatkan apa yang kita minta.
- Apabila Allah mengatakan TIDAK, Maka mungkin kita akan mendapatkan yang lain yang lebih sesuai untuk kita
- Apabila Allah mengatakan TUNGGU, Maka mungkin kita akan mendapatkan yang terbaik sesuai kehendakNYA.
Sebagaimana
yang Allah sebutkan dalam salah satu ayat Al Quran : ” Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.” (QS.Al Baqarah: 216)
Itulah Allah . Seorang hamba tidak
berkuasa menentukan apa yang diinginkannya kecuali dengan izin-Nya. Manusia
berkeinginan, berencana, berikhtiar. Perkara “hasil” sepenuhnya mutlak di
tangan Allah. Kita dituntut untuk berusaha mewujudkan keinginan dalam batas-batas
yang dibenarkan. Tetapi pada saat yang sama, kita juga dituntut untuk
bertawakal dan berserah diri kepada-Nya.
Maka,
ketika kita gagal meraih keinginan, kita tidak boleh putus asa, berburuk sangka
dan menafikan semua karunia-Nya. Karena kita hanya dituntut untuk melaksanakan
kewajiban, dan selanjutnya hanya menanti hasilnya, sebagaimana kehendak dan
ketetapan Allah .
Berhentilah terpuruk dan marah karena sesuatu yang buruk,
segeralah tersenyum karena kita sedang mendapatkan satu lagi pelajaran dan
pengalaman baru.
“SEGALANYA TERJADI UNTUK SEBUAH ALASAN”
Salam Semangat!