Kita adalah dua orang rumit. Kita memilih
menjalani hubungan yang sulit. Namun itu tidak masalah bagi kamu. Sedangkan aku
juga merasa begitu. Kita tidak memiliki status yang jelas. Kita hanya ditautkan
rasa nyaman. Aku senang saat kau mampu membuat aku tertawa. Katamu, kau suka
setiap kali aku tersenyum. Ah, kamu memang suka menggoda. Dan aku selalu rindu
caramu saat kita beberapa hari tidak bertemu.
Pernah suatu kali, aku bertanya kepadamu
perihal apa tujuan kamu. Kamu menjawab dengan serius tapi santai. Bahkan seolah
tidak ada masalah sama sekali. Sempat ragu, tapi kita jalani saja. Aku berusaha
menerima teorimu. Aku pikir, kalau kita bahagia kenapa harus memikirkan hal
yang lain. Tapi ya sudahlah, kalau memang kita saling nyaman ya gimana lagi.
Yang menjalani kan, kita.
Namun aku adalah manusia ciptaan-Nya yang
pasti memiliki hati juga. Perasaan itu terus tumbuh. Aku semakin terjebak. Dimana
dalam hati itu dapat tersirat rasa suka, sayang, cinta, cemburu, dan rindu. Hati
adalah kelemahanku, apalagi aku adalah seorang perempuan yang begitu sensitive
perasaannya walaupun dari kasat mata aku terlihat kuat. Hati adalah anugrah
dari Allah yang begitu halus, mudah terbolak-balik, dan sangat mudah tersentuh
maupun tersakiti.
Tapi,
aku selalu mencoba menggunakan logika agar tidak terlalu terjerat dengan
berbagai macam penyakit hati. Yang aku maksud dengan penyakit hati adalah
sesuatu yang dapat membuatku lemah seperti merasa kagum terhadap lawan jenis,
merasa rindu, dan bahkan cemburu.
Dalam hati selalu bertanya, bolehkah aku
cemburu walau kamu bukan milik aku? Tapi rasa cemburu itu ada. Terkadang ada
saat dimana aku harus mengahadapi semua dengan sendiri, meski hati menangis tak
ada pilihan lain selain berusaha tegar dan keadaan memaksaku harus kuat meski
sebenarnya aku tak mampu. Benar katamu, jika boleh memilih lebih baik memilih
untuk tidak mengenal dari pada harus melupakan, karena itu sangat sulit.