Laman

Wednesday, April 1, 2015

Maka, Menulislah!

Menulis. Memang bukan pekerjaan ringan. Saat mulai menulis, biarkanlah otak kanan yang bekerja. Menulis apapun yang kita pikirkan, kita rasakan. Tak perlu pemikiran panjang. Keluarkan saja semuanya, begitu kata Jonriah Ukur yang akrab disapa Jonru, pendiri Sekolah Menulis Online. Baru jika sudah mantap dan merasa lega karena telah berhasil mencurahkan segala pikiran dan perasaan, gunakan otak kiri untuk menyortir isi tulisan tersebut. Bagian mana yang harus diperbaiki, ditambahi, atau bahkan dibuang, sehingga karya menjadi lebih baik. Teorinya memang sesederhana itu.

Namun teori tak selalu sama dengan prakteknya. Begitu pula yang terjadi pada saya. Saya yang mengaku suka menulis sudah menerapkan teori itu untuk menyelesaikan tulisan-tulisan saya. Nyatanya tetap butuh waktu yang panjang untuk menyelesaikan.

Saya memang suka menulis. Walaupun belum pernah menghasilkan output yang berarti, sering stuck pada satu titik yang akhirnya membuatku blank, tapi saya tetap suka menulis. Bagi saya, menulis adalah kebutuhan. Menulis adalah melihat, memperhatikan, dan mengabadikannya dalam bentuk tulisan. Media penyalur emosi dan aktualisasi diri paling mujarab.

Ustaz Yusuf Mansur mengatakan, bila seseorang hendak melahirkan karya berupa tulisan, hendaklah diniatkan tulus untuk ridha dari Allah. Sebab penghargaan yang diberikan Allah  lebih besar dari penghargaan apapun yang akan didapatkan oleh seorang penulis. Dan Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah SWT adalah pena.

Maka, Menulislah ketika kau memikirkan. Betapa banyak pemikiran yang begitu luar biasa namun tak berarti apa apa karena tak pernah terwujudkan dalam bahasa. Begitupun, sesederhana pemikiran yang ada namun tertuliskan, maka ia jauh lebih baik adanya.

Menulislah ketika kau memimpikan. Betapa banyak mimpi dan tujuan hidup yang tak tertuliskan, bukan? Ya. Kita kadang terlalu lelah menghadapi realita hidup tanpa mau menyisakan sedikit waktu untuk impian indah kita. Bukankah hidup ini (terlalu) sebentar? Betapa ruginya bila kita terlupa akan mimpi dan tujuan hidup kita sendiri.

Menulislah ketika kau merindukan. Setidaknya, ia tidak hilang begitu saja dalam bayang-bayang angin, yang entah menyampaikannya atau tidak. Mungkin, suatu saat, ia akan membaca tulisanmu dan merasakan bahwa kau begitu merindukannya, meski segalanya telah terjadi begitu lama. 

Maka, menulislah.