Tulisan
ini terinspirasi dengan Film “Manusia Setengah Salmon-Raditya Dika”
Move
on itu seperti perpindahan karena tak pernah memandang seberapa lama dan seberapa betah kita dengan
sesuatu yang sebelumnya, dan tak pernah peduli seberapa besar keinginan kita
untuk memulai dengan sesuatu yang baru. Tapi itu harus terjadi, karena tanpa
perpindahan hidup ini akan tetap 'jalan ditempat' dan tidak akan 'maju'.
Hidup kita
penuh dengan perpindahan. Berpindah tempat, berpindah usia, berpindah hati,
berpindah apa saja. Selama kita masih mengendarai roda takdir, dan
menggelinding dalam semesta yang Allah ciptakan. Selama itu pula kita akan
terus berpindah.
Berpindah
bukan berarti harus pindah dari satu orang ke orang lainnya, tapi juga bisa
diartikan berpindah dari satu perasaan ke perasaan lainnya. Perasaan untuk
menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu, tak perduli dengan
siapa kita bersanding saat itu.
Berpindah
butuh waktu. Berpindah butuh tempat. Kapanpun, Dimanapun. Kita, manusia,
sebagai bidak di atas papan catur yang takdir permainkan. Petak-petak itu
ibarat tempatnya. Kita, manusia yang mengisi petak-petak itu dengan kenangan,
bersama manusia lain tentunya. Semuanya terbingkai. Senyum, tangis, tawa.
Dibingkai lalu ditempelkan di dinding-dinding kamar, juga di dinding-dinding
hati. Buku album tebal tentang kenangan. Menunggu untuk dibuka kembali. Menanti
waktu yang tepat untuk dikenang lagi.